Baca Juga: Lelaki di Balik Layar 1
“Eits, ini sapu tangan kenapa dianggurin, dah?” Gading menarik tangan Ratih yang sudah bersiap masuk ke dalam mobil.
“Aku nggak perlu sapu tangan.”
“Hapus air matamu.”
“Huft, sok tahumu kambuh.”
“Itu pipi basah bukan nangis?”
“Aku nggak pernah olah raga, wajar lari sebentar keringetan.”
“Baiklah kalau begitu.”
Gading membuka pintu mobil dan memberikan kesempatan pada Ratih untuk masuk, lalu berlari ke pintu mobil di sisi lain dan masuk mobil dengan cepat. Dari jauh keduanya seperti dua sejoli yang teramat sangat mesra.
Baca Juga: Lelaki di Balik Layar 2
Ratih menyalakan mobil tanpa menunggu Gading sudah sempurna menutup pintu. Segera gadis itu memacu mobilnya, melesat seperti kuda liar menerobos keramaian jalan.
Lama keduanya berdiam diri, menikmati pikiran masing-masing. Angin kencang berhembus dari kaca jendela yang sedikit terbuka. Ratih tak menghiraukan rambutnya berantakan tertiup angin. Matanya lurus saja memandang ke jalanan, berusaha tak peduli dengan suasana hatinya yang gundah dan gelisah. Gading menatapnya lama, tangannya terulur merapikan rambut Ratih yang berantakan.
"Kamu kenapa?" tanyanya dengan suara lembut.
Ratih hanya menghembuskan napas, tak menghiraukan Gading yang masih menatapnya menunggu jawaban.
"Tolong, Ratih. Sudah dua hari ini sikapmu aneh. Menjauh dariku tanpa alasan yang aku tahu. Kenapa?"
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3