“Cerita apa, Ru?”
Seperti dua magnet yang berlawanan, seperti proton dan elektron, begitu pula aku dan Yuna. Tepat ketika aku hendak mengawali ucapanku soal Yuna kepada Bima, gadis itu muncul di ujung terjauh taman kampus.
Bima tidak bisa melihat Yuna karena posisinya memunggungi gadis itu. Tinggallah aku kehilangan kata-kata. Bima langsung menoleh ke arah pandangku.
“Yuna?” tanya Bima. “Kamu naksir Yuna, Ru?”
Baca Juga: Mantan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Jacques Rogge meninggal pada usia 79 tahun
Hah? Bagaimana bisa Bima menebak begitu tepat? Padahal, Yuna sedang bersama dua temannya. Kupikir Bima akan menyebut nama dua teman Yuna—yang sayangnya tidak kuketahui.
Bima meringis. “Kita, kan, sudah seperti permen karet yang terlalu sering dikunyah sejak SMP, Ru.”
Ah, Bima betul.
“Apa Yuna sudah punya pacar, Bim?”
“Rasanya belum, Ru. Kamu mau aku mencari tahu soal itu?”
Aku menggeleng cepat. “Jangan, Bim. Kali ini biar aku mencari tahu sendiri.” Aku bangkit meninggalkan Bima, berjalan cepat menuju Yuna.
Mungkin, aku terlalu mudah terbaca oleh Yuna. Belum sampai setengah jarak kulampaui, Yuna buru-buru menarik tangan dua temannya dan menghilang di ujung lorong, menuju tangga ke lantai dua. Kuhentikan langkahku, membuang napas dengan setengah kesal, lalu mendongak. Kuhitung mundur sampai lima, dan kulihat wajahnya. Pandangan kami beradu sejenak, cukup untukku menerjemahkan senyum tipis yang Yuna lempar. Aku tahu yang harus kulakukan selanjutnya.
Baca Juga: Clubhouse meluncurkan fitur surround-sound untuk membantu obrolan terasa seperti hidup
Gadis seperti Yuna akan menjauh jika didekati secara tiba-tiba. Jadi, aku pun memulainya dari jauh. Aku tidak lagi mengejarnya dengan terang-terangan, tetapi akan terus mengirim sinyal bahwa aku menginginkannya. Strategi itu bertahan sekitar satu bulan. Sebab, setelahnya, justru Yuna yang mengejarku. Kusadari itu ketika tiba-tiba saja ia menghampiriku selepas aku mengisi sesi pemberian materi di BEM.
“Kamu membuatku penasaran, Kak,” kata Yuna kala itu. Ia mengajakku duduk di salah satu sudut perpustakaan. Tempat yang paling jarang dilalui mahasiswa lain, tetapi masih cukup terbuka hingga tak sampai menimbulkan fitnah.