Angin kembali memainkan rambut ikal Moy. Ada sejumput yang tertahan di wajahnya. Sungguh, kalau bukan karena komitmen yang kami buat, aku pasti sudah bertindak. Tindakan sederhana, tetapi pasti berefek luar biasa terhadap ikatan di antara aku dan Moy.
“Aku tahu, Ru,” ujar Moy sembari memamerkan cengiran khasnya. Jemarinya dengan sigap menyingkirkan sejumput rambut yang menutupi wajah bulatnya. “Kamu nyaris tidak tahan, kan?” godanya.
Aku mendapati diriku tersenyum. Sesuatu yang sudah lama tak pernah kulakukan.
“Kamu tersenyum lagi, Ru.”
“Iya, menyenangkan rasanya bisa tersenyum lagi, Moy.”
Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Satu
“Aku tahu.” Moy menatapku, melempar senyumnya, lalu menopangkan dagu ke kedua tangannya. “Jadi, apa yang kamu lakukan untuk mendapatkan hati Yuna?” tanyanya.
Aku menarik napas sebelum menjawab pertanyaan itu. Jawabannya akan panjang.
“Aku mengejarnya, Moy. Perlahan, agar gadis itu tidak takut padaku.”
Mendengar ucapanku, Moy menunduk sambil menahan tawa. Aku tahu maksudnya. Dia seperti itu karena aku mengatakan kata ‘takut’. Memang, aku dan Moy punya peristiwa unik terkait kata yang satu itu. Nantilah kuceritakan. Sekarang kujabarkan bagaimana aku bisa menaklukkan hati Yuna.
***
Baca Juga: Visitasi ke Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Ini Kata Menparekraf
Kusadari atau tidak, aku memang selalu menebar senyum kepada siapa pun yang kujumpai. Aku berusaha membuat orang lain merasa nyaman ketika berkomunikasi denganku. Efeknya, aku sering dikelilingi banyak orang, terutama para gadis. Sampai-sampai aku mendengar selentingan kabar bahwa orang-orang di kampus menganggapku play boy. Aku tertawa ketika mendengarnya. Bima sampai terheran-heran melihatku tertawa.
Aku tidak heran jika orang-orang menganggapku play boy. Nyatanya memang banyak bukti mengarah ke sebutan itu. Nyaris setiap hari aku memboncengkan seorang gadis pulang ke rumahnya. Beberapa gadis lebih sering dibanding gadis lainnya. Jadilah mereka menganggap aku berpacaran dengan mereka. Untungnya, para gadis itu tak pernah menganggap serius kabar burung yang beredar.