“Tenang, Ma, Mayang pasti kasih kabar. Mayang berangkat, ya, Ma. Sampai akhir bulan depan, Mama sayang.”
“Hati-hati, ya.”
Gadis itu mencium tangan mamanya sebelum meninggalkan rumah. Dia berjalan menyusuri jalanan sepi menuju stasiun kereta api di tengah kota, tak jauh dari rumahnya. Kid Joe menemaninya membuang sepi dengan Everything About You mengalun dari tape recorder kecil yang tersembunyi di dalam tas punggungnya.
Baca Juga: Bayi Malang Dibuang di Kebun Karet di Muara Enim, Sejumlah Pihak Menawarkan Diri Merawatnya
Lagu itu beradu rima tajam dengan hatinya yang sedang galau, tapi tetap didengarkannya sambil melangkah riang menyusuri jalan. Perhatian Mayang sedikit teralih. Di seberang jalan dilihatnya seorang lelaki juga sedang berjalan sejajar dengannya.
Kepalanya lurus mengarah ke depan. Langkah kakinya ringan, namun Mayang merasakan ada yang janggal di dalam langkah itu. Entah apa. Pandangan lelaki itu lurus ke depan, namun Mayang merasa lelaki itu sedang menatap dirinya. Seperti dalam mimpinya.
Ya, Mayang merasa, wajah itu seperti wajah dalam mimpi yang sering hadir dalam tidurnya. Bertemu dengan lelaki tak dikenal, menatapnya dari jauh, dengan senyum dan wajah terlihat selalu samar. Hal itu membuat dia selalu bertanya-tanya, dan mencari.
Tak dihiraukannya lelaki itu, Mayang tekun menyusuri jalanan sepi sampai di depan stasiun kereta. Berjalan diam-diam memasuki gerbong kereta dan menikmati udara dingin di dalamnya. Mayang mendapatkan kursinya dengan mudah, lalu duduk dan menatap ke luar jendela.
Tak lama kemudian kereta melaju perlahan menyusuri rel, melewati perbukitan dan sawah-sawah menguning. Pemandangan indah membuat rasa kantuk semakin kuat menjalar. Hari semakin sore, gelap menyelimuti tepian sawah dan pegunungan. Kereta terus melaju.
Mayang memejamkan matanya, berusaha menyatu dengan irama syahdu dari dalam tasnya. Tiba-tiba gadis itu tersentak oleh degup jantungnya yang mendadak bertalu. Degup itu segera mengoyak ketenangan yang dengan susah payah diraihnya.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Jangan Tinggalkan Aku', Karya yang Melegenda dari Imam S. Arifin
Bersamaan dengan itu, kereta berhenti secara mendadak. Batal tidur karena hentakan rem kereta, Mayang menatap ke luar jendela. Matanya mendadak melebar, wajahnya memucat. Kantuk seketika lenyap, berganti dengan wajahnya yang memutih dan dingin.
Lelaki yang sore tadi berjalan sejajar dengannya menuju stasiun, kini berada di luar jendela kereta api. Matanya menatap dengan pandangan menghiba.
Mayang menatap wajah pias itu dengan perasaan bergolak. Wajah yang selalu hadir dalam mimpinya, kini berada di luar jendela kereta, sedang menatapnya. Dengan tatapan yang begitu memelas, seolah sedang menahan kesakitan.
“Apalagi ini, ya Tuhan?” bisiknya dengan bibir bergetar. “Wajah itulah yang selalu hadir dalam mimpiku. Aku melihatnya dengan tak jelas di jalan tadi.”