Puniawati menggeleng penuh penyesalan. Aji tersenyum penuh haru, menggenggam erat jemari istrinya yang semakin menggigil menahan beribu rasa.
“Nggak usah takut, Nini. Aku senang karena ini berarti kamu memaafkan semua kesalahanku. Aku janji tak akan berbuat kasar lagi padamu. Aku janji akan lebih banyak di rumah.”
“Janji?”
Baca Juga: Semifinal, Kakak Adik, Muara Enim dan PALI Bertemu di Cabor Sepak Bola Porprov XIII OKU Raya
“Sumpah. Aku menyesal. Maafkan segala kesalahanku selama ini, ya.”
Lalu, telepon genggam Aji berbunyi, memotong pembicaraan dan suasana yang hampir mesra itu. Segera menyingkirlah lelaki itu dari dekat istrinya untuk berbicara di telepon. Entah dengan siapa dan membicarakan apa.
Puniawati hanya menatap suaminya tanpa ekspresi. Kosong. Dia hampir tahu apa selanjutnya yang akan terjadi. Tak lama lagi suaminya akan mengatakan bahwa dia terpaksa harus pergi. Selalu seperti itu.
“Aku harus pergi.” Aji menutup telpon dan bicara dengan santai, lalu melangkah meninggalkan Puniawati.
“Ke mana?”
“Apa aku harus menjelaskan tiap yang kulakukan?”
“Hari Minggu harusnya hari kita berdua.”
“Aku menyesal sekali.”
“Belum satu detik Mas Aji bilang menyesal dan mau berubah.”
Baca Juga: Siapa Sih Zakry Sulisto yang Menikahi Velove Vexia?
“Sekali lagi aku menyesal.”