Di sela-sela rongsokan yang ada di antara rel kereta yang membentang dari stasiun pasar senen, aku melangkahkan kaki. Dengan gontai, belum ada sesuap nasi yang masuk ke mulutku. Badan ini terasa begitu lemah untuk melangkahkan kaki.
Di telinga terdengar sayup-sayup suara adzan Subuh yang semakin lama semakin jelas dan semakin keras. Akan tetapi, semakin lama membuat aku ketakutan mendengarnya. Ada apa dengan ini semua?
Suara adzan itu, membuatku teringat pesan Emak untuk selalu sholat, di kampung dulu. Emak yang selalu memberikan apa saja yang aku kehendaki. Emak yang sangat sayang denganku, mungkin karena aku ditinggal mati Bapak sejak di dalam kandungan.
Konon, kabarnya Bapak adalah seorang PKI yang terlibat pembunuhan terhadap dua prajurit TNI di Yogyakarta. Namun, ada hal yang membuat aku dan Emak semakin bingung ketika Bapak dihukum bakar oleh massa.
Baca Juga: Syukur Waktu 10, Mari Bangkit dan Berkarya !!!
PKI yang katanya tidak beragama, ternyata dihukum sama sadisnya dengan orang-orang komunis itu sendiri. Mengapa orang-orang itu bertindak sama sadisnya dengan PKI.
Aku jadi bingung. Apakah ini berarti penduduk yang menghukum Bapak juga sama-sama seperti Bapak, seorang komunis? Bingung aku jadinya.
Suara adzan itu membuat aku ketakutan. Entah mengapa di telinga ini kembali terngiang-ngiang pesan Ustadz Joko yang sering sekali memberikan pelajaran agama tentang kebaikan akhirat, kisah-kisah surga dan neraka, hukuman-hukuman orang yang malas sholat. Masih banyak lagi pesan yang membuat hati plus jiwa ini semakin bergidik mendengar adzan.
Suara adzan itu, membuat aku kembali hilang kesadaran dan akhirnya terjatuh tepat di sebelah rel kereta.
Baca Juga: DPRD Musi Rawas Soroti Pembangunan Pasar Kering Megang Sakti yang Terkesan Mubazir
“Heiii… bangun kamu, bajingan tengik. Gembel edan. Bangsat!”
Aku sedikit tersadar. Kulihat seorang wanita tua gemuk dengan dasternya yang kira-kira seminggu sudah tidak kena deterjen. Bau tengik dan tempe busuk, keringat pedagang.
“Apa kamu lihat-lihat... gembel.” Dia berkata-kata lagi.
“Pergi sana gembel jelek, gua mau dagang, bego..!!”