fiksi

PUISI : Cappucino Pagi

Minggu, 17 Oktober 2021 | 07:06 WIB
Ilustrasi: kopi pagi (pixabay/Engin_Akyurt )

aku adalah secangkir cappucino pagi yang seringkali diseduh ketika matahari mulai berbagi sinar di bumi
menjadi embun ketika biasan demi biasan bersenggama dalam kabut pagi yang wajahnya menyerupai asap
mencair dan mengalir dalam deras aliran sungai dekat sawah samping rumah menuju laut Cipatujah

wajah luka yang sedikit hilang di sepertiga malam kemudian lenyap tak bersisa ketika azan subuh berkumandang
nyatanya aku benar-benar tak lagi mendengar nyanyian-nyanyian cinta rembulan dalam tarian-tarian kesakitan
menetap dalam tatapan yang hanyut di kedalaman samudera kesepian

hari berganti aku tetap di sini merangkai kata menjadi kalimat pada bait-bait senja yang pagi
kemudian sajak-sajak tentangMu seolah taburan cokelat di atas secangkir cappucino
membentuk perasaan abadi

Tasikmalaya, Oktober 2021

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB