Sagra: Dunia Warna-Warni Perempuan Ciptaan Oka Rusmini

photo author
- Senin, 31 Januari 2022 | 07:46 WIB
Sagra (Sekar_mayang)
Sagra (Sekar_mayang)

 

KLIKANGGARAN--Tidak akan ada habisnya membicarakan perempuan. Tidak akan habis pula kisah-kisah untuk diceritakan. Perempuan selalu bisa menjadi daya tarik tersendiri, apalagi jika kisah-kisah tersebut berbalut konflik tebal nan pekat, yang memungkinkan orang berdecak kagum ketika menyimaknya, atau malah jatuh iba.

Tidak kurang juga penulis-penulis yang menjadikan perempuan sebagai tokoh utama dalam cerita-cerita yang mereka karang. Berwarna-warni karya mereka menghiasi jagat literasi. Ada yang mengharu biru dengan kisah pencapaian, ada pula yang berlatar merah darah oleh sengsara dan dukacita.

Selalu menarik jika membahas warna-warni dunia perempuan. Sebab, mereka adalah rahim, awal mula kehidupan. Seperti apa kehidupan yang mungkin muncul, semata-mata hasil perpaduan warna perempuan, serta karma di belakangnya. Dan, Oka Rusmini membawanya secara lembut kepada pembaca.

Dibuka oleh cerpen berjudul "Esensi Nobelia" yang berkisah tentang anak perempuan bernama Nobelia Prameswari. Selayaknya anak kecil, Nobelia pun memiliki pemikiran khasnya sendiri. Spons Nobelia amat tebal, ia mungkin sanggup menyerap buku-buku filsafat selayaknya ia menyerap ocehan ayahnya soal esensi menikmati makanan, yaitu hanya dengan membayangkan makanan itu masuk ke mulut tanpa harus menyentuhnya.

Baca Juga: Wow! Video Youtube Thariq Halilintar Jadi Trending di Berbagai Negara

Lucu, sekaligus terasa gelap, tentang bagaimana bocah polos menyerap begitu saja segala hal yang mereka lihat atau dengar. Ini juga terjadi dalam cerpen Putu Menolong Tuhan. Putu Prameswari Dewi melayangkan protes kepada Tuhan—melalui pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan kepada sang ibu—karena menjadi sesuatu yang egois, inginnya dirayu dan dimanja oleh sesajen.

Ibunya benar-benar senewen menghadapi rentetan pertanyaan Putu terkait ritual ibadah mereka. Mengapa harus dihaturkan sesaji? Mengapa Tuhan tidak suka orang jahat? Apakah Tuhan lelah karena harus menyingkirkan banyak orang jahat di muka bumi ini? Maka, Putu ingin menolong Tuhan, meringankan beban kerja Tuhan.

Tentu pembaca tidak akan mengira Oka Rusmini akan membawa kisah polos kanak-kanak itu menuju lubang hitam supermasif bernama pembunuhan. Putu sudah menolong Tuhan mengurangi satu orang jahat di bumi ini. Kata Putu, neneknya tidak akan lagi dengan jahatnya mengomeli sang ibu.

Baca Juga: Ingin Berpergian? Waspada 10 Provinsi ini Tertinggi Kasus Covid-19

Oh, dan ada satu lagi premis serupa dalam judul "Sagra", yang menjadikan sebuah kematian sebagai latar bergulirnya kisah empat orang yang saling berkaitan. Dan, penyebab kematian itu tidak lain seorang bocah yang baru saja memasuki usia taman kanak-kanak. Ini menuntun kepada kematian lain yang juga sulit dihindari.

Betapa—dalam tangan Oka Rusmini—dunia ini tampak seperti tempat yang kurang indah untuk ditinggali, terutama untuk perempuan. Bagaimana tidak? Kebanyakan dari kita akan menyalahkan perempuan atas apa pun hal buruk yang menimpa seorang anak, termasuk ketika wajah-wajah polos itu telanjur memiliki ide-ide gila.

Lewat penuturan detailnya perihal budaya Bali dan agama Hindu, pembaca diajak menyelami dan memahami kerumitan tradisi—yang kebanyakan dirancang oleh para pria.

“Dada Bulan sesak. Benarkan sesederhana itu Hyang Widhi menerjemahkan peran-peran yang diberikan kepada manusia? Semudah itukah menghukum pemain yang memerankan tokoh perempuan, tanpa memikirkan alasan-alasan mereka bersikukuh dengan pilihan hidupnya. Alangkah jahatnya Hyang Widhi kalau dia hanya memihak para lelaki.” (Ketika Perkawinan Harus Dimulai, halaman 132).

Baca Juga: Dorce Gamalama Pesan 'Jika Meninggal Minta Diurusi Sebagai Perempuan', Bolehkah? Ketua MUI Angkat Bicara

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X