KLIKANGGARAN -- Novel "172 Day" oleh Nadzira Shafa mengisahkan perjalanan emosional seorang wanita selama 172 hari yang penuh dengan konflik dan tantangan, membawanya pada pemahaman yang mendalam tentang arti hidup dan transformasi pribadi.
Dalam memahami kekuatan naratif dan kedalaman emosi yang terkandung dalam novel "172 Day" karya Nadzira Shafa, kita dapat melihatnya melalui lensa teori Ferdinand de Saussure tentang strukturisme linguistik.
Teori ini tidak hanya membantu kita dalam menganalisis hubungan antara bahasa dan makna, tetapi juga relevan untuk menggali kompleksitas karakter dan konflik dalam karya sastra modern seperti "172 Day".
Ferdinand de Saussure adalah seorang ahli bahasa yang terkenal karena memperkenalkan konsep strukturisme linguistik, yang mengajukan bahwa bahasa adalah sistem tanda-tanda yang diatur oleh hubungan-hubungan internalnya sendiri.
Dalam konteks novel, gagasan ini dapat diterapkan untuk memahami bagaimana Nadzira Shafa mengonstruksi narasi yang kompleks dan berlapis-lapis, serta bagaimana karakter-karakternya berinteraksi dalam alur cerita yang penuh dengan makna dan konflik.
Saussure menekankan pentingnya hubungan antara tanda (simbol) dan makna yang diwakilinya. Dalam "172 Day", simbolisme digunakan secara luas untuk memperkaya pengalaman membaca.
Misalnya, objek atau situasi tertentu dapat berfungsi sebagai simbol yang melambangkan keadaan emosional atau perkembangan karakter.
Pemahaman tentang simbolisme ini memungkinkan pembaca untuk lebih mendalami pesan-pesan tersembunyi dalam novel.
Saussure mengajukan bahwa bahasa memiliki struktur yang terorganisir dan keterkaitan antara elemen-elemennya.
Dalam "172 Day", struktur naratif yang disusun dengan cermat memainkan peran penting dalam menghubungkan pengalaman emosional tokoh utama dengan peristiwa-peristiwa kunci dalam cerita.
Hal itu menciptakan jalinan yang padu antara bagian-bagian dari novel tersebut, memberikan kesan kesatuan yang kuat.
Teori Saussure juga membantu kita memahami dinamika konflik dan resolusi dalam novel ini.
Konflik internal dan eksternal antara karakter-karakter utama tidak hanya sebagai sumber ketegangan dalam plot, tetapi juga sebagai cerminan dari struktur kompleks hubungan manusiawi.
Penyelesaian dari konflik-konflik ini membawa pengalaman transformasi yang mendalam bagi tokoh-tokoh tersebut, menurutkan kedalaman dan kebermaknaan pada cerita.
Artikel Terkait
Analisis Novel 'Santri Pilihan Bunda' karya Salsyabila Falensia Menggunakan Pendekatan Ekspresif: Penyulapan Novel Best Seller
Jadikan Kopi Seko Mendunia, Tim Ahli KemenkumHAM Lakukan Pemeriksaan Substantif Hak Indikasi Geografis
Pengabdian Kepada Masyarakat: Dosen dan Mahasiswa Sastra Indonesia Pamulang Menginspirasi Siswa SMK Mulia Buana
Mengungkap Tanda-Tanda Semiotika dalam Novel "Rembulan Tenggelam di Wajahmu" Karya Tere Liye dengan Teori Ferdinand de Saussure
Lebih Dekat dengan Budaya Jawa ketika Membaca 'Novel KKN di Desa Penari'