resensi

Quo Vadis Pendidikan Kita?

Selasa, 13 September 2022 | 20:50 WIB
Buku Potret Pendidikan Indonesia (dok.)

KLIKANGGARAN -- Sektor pendidikan adalah kunci utama dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Membangun SDM yang unggul semakin menemukan momentumnya di era perkembangan teknologi di mana kondisi zaman semakin cepat berubah.

Ke depan, sepertinya dunia pendidikan Indonesia masih menghadapi jalan terjal mengingat sektor pendidikan kita dihadapkan dengan berbagai persoalan yang hinggi kini belum terselesaikan. Kondisi inilah yang diuraikan dalam buku terbaru karya Imam Syafei berjudul Potret Pendidikan Indonesia.

Kalau mau jujur, pendidikan Indonesia memang masih menghadapi banyak persoalan. Di antara persoalan yang dibahas oleh Imam Syafei dalam bukunya adalah masalah pemerataan pendidikan, krisis karakter siswa, kompetensi guru, dan tantangan dunia pendidikan di era digital.

Baca Juga: Diduga Kangkangi Aturan, Disbunnak Batang Hari Akan Surati PT HAL

Pertama, pemerataan pendidikan. Pemerataan pendidikan menjadi hak bagi setiap warga negara. Pemerintah melalui perundang-undangan mengatur sedemikian rupa agar warga negara memperoleh kesempatan pendidikan. Namun demikian, persoalan silih berganti mengiringi usaha dalam mewujudkan pemerataan pendidikan tersebut.

Kesenjangan pendidikan yang dibiarkan berlarur-larut akan berpengaruh terhadap akses sumber daya ekonomi, sehingga berdampak juga pada kesenjangan ekonomi. Karenanya, pengurangan kesenjangan pendidikan antardaerah perlu mendapat perhatian serius oleh pemerintahan Presiden Jokowi di periode kedua ini (halaman: 10).

Kedua, karakter siswa. Para siswa adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa. Kelak mereka yang akan memimpin negeri ini. Maju atau tidaknya Indonesia di masa mendatang sangat ditentukan oleh para pemuda yang saat ini masih dalam proses berjuang menempa diri dengan pengalaman dan pengetahuan.

Baca Juga: Inggris Alami Biaya Hidup yang Kian Memburuk dengan Kenaikan 12,4 Persen

Sayangnya, belakangan ini kita dikagetkan dengan berbagai isu kekerasan yang melibatkan para pelajar. Tawuran adalah aksi kekerasan yang selalu diperankan oleh pelajar sebagai aktor utamanya. Maraknya tawuran antarpelajar menjadikan sebagian masyarakat pesimis akan masa depan bangsa ini. Pelajar yang seharusnya menjadi parameter majunya sebuah bangsa, kini tercoreng dengan aksi kekerasan dan premanisme (halaman: 28).

Pelajar yang terlibat dalam aksi tawuran menganggap aksi ini sebagai hal yang biasa untuk memperoleh pengakuan dalam kelompoknya. Sehingga tak heran jika berbagai tindakan kekerasan seperti pemukulan terhadap kelompok lain dianggap sebagai sebuah prestasi karena sudah mampu menunjukkan ketangguhannya

Ketiga, kompetensi guru. Dalam menciptakan pendidikan berkualitas perlu ada langkah konkret untuk membenahi segala persoalan yang selama ini dihadapi dunia pendidikan kita. Salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidik (guru).

Baca Juga: Indonesia Bakalan Membeli Minyak Rusia dengan Diskon 30 Persen?

Di sisi lain, tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing, mengajar, melatih, mengarahkan, memotivasi, dan mengevaluasi proses belajar para siswa agar kelak mereka menjadi manusia yang unggul dan sukses dalam kehidupannya.

Dalam praktiknya, guru-guru kita saat ini masih banyak yang belum memiliki kompetensi yang memadai. Di lapangan masih ditemukan sebagian guru yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Bahkan, ada seorang guru yang mengajar beberapa mata pelajaran karena faktor kekurangan tenaga pendidik (halaman: 45).

Halaman:

Tags

Terkini