Suara nahdliyin/santri waktu itu benar-benar menentukan. Keren abis. Kalau tidak demikian, saya yakin pihak Jokowi akan kalah. Apalagi logistik timses memang kedodoran. Dan kita semua tau, gairah nahdliyin/santri tidak pernah memandang logistik. Gairah utama teman-teman selalu dan melulu pada NU & Kiai.
Singkat cerita, pasangan ini akhirnya terpilih. Hari Santri 22 Oktober 2019 disambut gegap gempita oleh kalangan santri, khususnya santri nahdliyin. Ada kebanggaan yang begitu jelas bahwa masa depan santri itu sangat cerah. Jangankan merebut hati calon mertua, bahkan santri bisa merebut posisi penting no.2 di negara! Gemuruh penuh ghirah para santri ini terasa betul, bahkan mungkin lebih ramai daripada saat terpilihnya Presiden Gus Dur.
Selain karena hari santri yang sudah ditetapkan sejak 2015, situasi ini semakin melesatkan tingkat kepecayaan diri para santri. Geliat santri-pun tak terbendung. Banyak akun-akun sosial media berafiliasi santri bermunculan dan tumbuh subur. Sayapun terbawa suasana. Jadi ikut-ikutan "menyantri-nyantrikan diri". ?
Akan tetapi, hari Santri tahun ini rasanya akan berbeda. Pertama, tentu faktor pandemi. Bawaannya lebih prihatin. Bahkan Hari Santri sekarang juga menekankan pada jargon 'Santri Sehat, Indonesia Kuat', baik oleh Kemenag maupun Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU. Kedua, peran 'perwakilan santri' yang menjadi Wapres saat ini rasanya masih jauh dari ideal dan harapan. Khususnya bagi yang kecewa. Apalagi jika menyandingkan dengan Wapres sebelumnya yang terkenal gercep dan cekatan.
Sebagai seorang pribadi, sejauh saya mengamati, boleh dibilang Kiai Ma'ruf adalah santri dan kiai yang kiprahnya paling lengkap. Bagaimana tidak. Di NU, sebelumnya ia adalah seorang Rais Aam, sebuah posisi tertinggi di ormas Islam terbesar di dunia. Bahkan, konon jumlah anggota ormas Islam ini 3 kali lipat jumlah penduduk Arab Saudi! Di MUI, ia adalah Ketua Umum. Kemudian, selain merupakan seorang ulama yang sangat mumpuni, pakar Fiqh dan Ushul Fiqh, ia juga seorang dosen-akademisi, bahkan seorang profesor!
Jabatan politiknya pun komplit. Ia pernah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, anggota DPR-MPR RI, Ketua Dewan Syuro PKB, penasihat Presiden Gus Dur, dan Wantimpres Presiden SBY. Urusan ekonomi? Ia pernah menjabat Ketua Dewan Syariah Nasional MUI dan bahkan sekarang menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Gokil, kan. Dengan pengalaman sementereng itu, tentu perspektifnya sangat luas!
Di usia periode pemerintahan yang sebentar lagi berumur setahun, kehadiran Kiai Ma'ruf sebagai Wapres selalu kita tunggu. Kalangan santri perlu melihat kiprah perwakilannya dalam bernegara di level tertinggi menyajikan jurus-jurusnya. Tapi, setahun ini menyisakan kecewa. Yang saya syukuri, Kiai Maruf tidak 'dicecar' Mata Najwa.
Sebagai santri, tentu tidak dibolehkan kehilangan raja', hilang harapan. Harapan saya cukup tinggi. Begini.