Gerakan KAMI, Krisis Ekonomi, dan Bola Biliar Politik

photo author
- Rabu, 19 Agustus 2020 | 08:31 WIB
IMG_20200818_160459
IMG_20200818_160459

Disertasi Ph.D saya membahas soal jatuhnya Suharto di tahun 98. Untuk membuat jatuh sebuah rezim politik, kasus Pak Harto, membutuhkan bekerjanya empat variabel sekaligus. Yaitu, krisis ekonomi, pecahnya pemerintahan saat itu, delegitimasi atas presiden, dan hadirnya gerakan politik altenatif. (3)


Saat ini, baru dua variabel yang hadir. Krisis ekonomi dan kekuatan politik alternatif. Selama pemerintahan saat ini kokoh, selama legitimasi Jokowi terjaga, selama itu pula pemerintahan Jokowi akan bertahan hingga 2024.


Skenario pertama: KAMI membawa pemerintahan Jokowi jatuh sebelum berakhirnya jabatan di tahun 2024. Tapi masih ada dua variabel yang belum hadir sebagai konteks gerakan ini.


Sebelum dua variabel tambahan hadir, KAMI tak cukup kuat untuk menjatuhkan Presiden Jokowi di tengah jalan.


-000-


Skenario kedua, gerakan ini akan membesar, tidak menjatuhkan Jokowi, namun mereka segera menemukan Capres 2024 yang populer. KAMI berujung menjadi king maker terpilihnya dan beralihnya kepemimpinan nasional, lewat pemilu, dari koalisi partai saat ini, menuju koalisi partai oposisi plus KAMI.


Skenario ini hanya terbuka jika KAMI mampu solid hingga 2024. Mampulah KAMI bertahan solid bahkan membesar hingga 4 tahun lagi, 2024?


Kekuatan KAMI juga menjadi kekurangannya. Beragamnya tokoh di dalam KAMI itu bagus sebagai forum. Namun ketika gerakan ini harus fokus hanya pada satu capres dan cawapres saja, perpecahan internal mungkin terjadi.


Ditambah lagi satu perkara. Bisakah KAMI akhirnya mengalah mendukung Capres 2024 yang potensi menangnya lebih besar, yang capres itu mungkin saat ini tak ikut barisan KAMI?


Amien Rais di tahun 98, berhasil memimpin gerakan yang menjatuhkan Suharto. Tapi Amien Rais tak pernah sukses terpilih sebagai presiden RI, setelah itu.


Ini skenario kedua:  KAMI menjadi civil society yang ikut melahirkan the next presiden Indonesia tahun 2024. Namun ini hanya terjadi jika KAMI mendukung capres yang saat itu paling populer.


Skenario ketiga, KAMI akan hadir sebagai bunga demokrasi belaka. Ia justru menjadi pemanis pemerintahan saat ini. Bahwa dalam pemerintahan Jokowi, toh hadir dan dibiarkan gerakan oposisi. Tentu sejauh tak ada hukum nasional yang dilanggar.


Dalam skenari ketiga, KAMI tak menjatuhkan Jokowi sebelum tahun 2024. KAMI juga tak berujung mendukung Capres yang akan menang di tahun 2024. KAMI hadir sebagai gerakan moral belaka.


-000-


Dari tiga skenario di atas, mana yang akan menjadi “makom” dari KAMI?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X