Ruangguru! Uang Negara untuk Menggelembungkan Valuasi Korporasi

photo author
- Minggu, 26 April 2020 | 18:45 WIB
images
images

Yurisdiksinya di Delaware, AS. Nama CEO and Managing Director of the Managing Member of General Atlantic Investment Partners 2017 adalah William Ford. Dan masih banyak nama lain tercatat di situ.


Ya, dia jualan ‘kertas’ juga ke investor lain. Nilai yang ditawarkan adalah US$3,289 miliar. Komisi penjualan (sales commision) US$700 ribu.


Sampai di sini saja, kita akan pusing.


Terlalu banyak cangkang untuk menutupi siapa sebenarnya pengendali Ruangguru.


Terlalu rumit untuk menelusuri pola transaksinya.


Itu semua ada arranger-nya. Ada orang-orang yang memang biasa berkecimpung di situ.


Sampai akhirnya pada Desember tahun lalu, ketika General Atlantic dikabarkan akan menginjeksi Ruangguru US$150 juta (dalam putaran pendanaan sebelumnya investor seperti Venturra Capital/Grup Lippo, UOB Venture, East Venture sudah mengucurkan dana ke Ruangguru), muncul berita di media massa: valuasi Ruang Guru diperkirakan tembus Rp7 triliun!


Entah bagaimana hitungannya. Tapi, opini publik dihembuskan saja dulu. Agar timbul spekulasi. Di mana ada spekulasi, di situ ada bisnis.


Sebuah start-up yang baru berdiri 2013, tiba-tiba valuasinya Rp7 triliun. Naik 29% dari modal dasar yang tertulis dalam akta.


Luar biasa bluff-nya. Tanpa pernah kita tahu bagaimana dan berapa income sebenarnya yang riil, bagaimana fundamental keuangannya, apa saja risiko bisnisnya.


Terus, dari mana Rp1 triliiun valuasi surat berharga Belva itu?


Ya, jika valuasi Rp7 triliun itu dibandingkan dengan kepemilikan saham biasa Belva di Ruangguru PTE. LTD, berarti kepemilikan Belva 19%.


Tapi, dia bilang kekayaannya Rp5 triliun, Rp10 triliun dan lebih tinggi lagi, juga bisa saja.


Sekarang Belva bisa berkata kekayaannya Rp1 triliun. Lain waktu dia bisa digempur delusi oleh partner-partnernya sampai tinggal 0% dan pada akhirnya ‘anak bangsa’ bisa berakhir sebagai karyawan biasa di perusahaan yang dia dirikan sendiri.


Valuasi adalah persepsi. Belum tentu riil bisnisnya (income-expense) sebesar itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M.J. Putra

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X