Klikanggaran.com - Apa kabar pendidikan kita hari ini? Semoga baik-baik saja semuanya. Pendidiknya baik, anak didiknya juga baik. Begitulah harapan kita bersama, demi terwujudnya kesemestaan pendidikan; pendidikan milik dan tanggung jawab bersama.
Kita patut bersyukur, bahkan bangga, karena di negeri ini pendidikan telah maju dengan pesat. Makin banyak orang pintar, orang gemar belajar, orang yang sekolah sampai ke jenjang tinggi. Sekolah dan perguruan tinggi telah berhasil mencetak orang-orang pintar dan orang-orang berpendidikan.
Kita semua menyaksikan majunya peradaban bangsa, tentu berkat pendidikan. Itulah buah keberhasilan pendidikan. Tapi sayang, makin banyak orang pintar makin kompleks masalah bangsa. Mulai dari egoism politik, perilaku koruptif, hingga kejahatan seksual marak terjadi.
Baca Juga: Rekreasi ke Jembatan Iblis Vultee Arch
Adakah semua itu terjadi karena pendidikan? Saya yakin seyakinnya, masalah bangsa ini terus terjadi bukan karena orang-orang pintar tidak mampu menyelesaikan masalah. Bukan pula karena kurang pengetahuan untuk memperbaiki negeri. Mungkin mereka hanya “kurang tahu” arti pendidikan. Kurang memahami kesemestaan pendidikan. Karena ketika sekolah dulu, kita lebih mementingkan knowledge daripada values. Lebih banyak belajar tentang pengetahuan daripada nilai-nilai dan etika.
Maka akibatnya, banyak orang pintar di negeri ini namun dimensi nilai dan etika menjadi terabaikan. Pendidikan sebagai alat untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai-nilai dan karakter bangsa menjadi terpinggirkan. Entah, mereka sebaiknya disebut kaum terpelajar atau terdidik? Mari kita tengok ke luar rumah, lihat di jalanan, apa yang terjadi? Banyak pengendara yang ugal-ugalan, saling salip-menyalip, seolah jalanan milik sendiri. Rambu lalu-lintas dilanggar. Semrawut dan tidak tertib. Semua orang ingin cepat dan buru-buru. Seakan tidak peduli akibat yang bisa terjadi. Kecelakaan atau nyawa melayang tidak lagi jadi masalah. Nilai-nilai pendidikan sudah tidak ada lagi di jalanan, bahkan di tempat-tempat umum.
Lalu, apakah mereka bukan orang-orang terdidik? Bisa jadi, ketika di sekolah dulu, mereka sering diajarkan untuk bekerja dengan cepat. Karena waktu adalah segalanya. Mereka memang sangat disiplin agar tiba di tempat tujuan tepat waktu. Tapi, mereka lupa cara untuk menghargai waktu adalah dengan kesabaran. Mungkin dulu di sekolah, mereka lebih banyak diajarkan kedisiplinan tapi lupa menanamkan kesabaran.
Baca Juga: Suka Telur Asin? Bisa Dicoba Nih, Resep Telur Asin Aneka Rasa
Kita sering lupa tentang arti pendidikan yang sebenarnya. Kita lupa hakikat kesemestaan pendidikan. Karena pendidikan yang semesta harusnya terletak pada values dan bukan knowledge. Kesemestaan pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak. Karena pendidikan itu bukan pengganti kecerdasan. Pendidikan tidak identik dengan kepintaran. Tapi, pendidikan adalah nilai-nilai dan kepekaan. Pendidikan yang berbasis pada pembangunan karakter anak didik bertumpu pada nilai-nilai moral yang dapat menjadikan kita lebih baik dari waktu kemarin.
Sama sekali keliru jika pendidikan dipandang sebagai alat untuk menggapai kehormatan. Hingga akhirnya, banyak orang pintar hanya mempertontonkan egoisme. Lalu, memandang dunia seperti miliknya sendiri. Apapun itu, segala sesuatu tidak masalah dikorbankan asal keinginan pribadinya bisa tercapai. Sungguh, buat saya lebih baik kita memiliki seribu kepekaan walau tanpa pendidikan, daripada berpendidikan tetapi tidak punya kepekaan sama sekali.
Sekarang ini banyak anak muda yang berpendidikan pergi makan ke mana-mana, nongkrong pakai laptop di mana-mana. Tapi, cuma urusan sampah saja dibuang sembarangan. Di gunung, di jalur pendakian, berapa banyak sisa sampah yang harus dibersihkan sepeninggal anak-anak muda yang kemping sambill melatih “bertahan hidup” di alam? Berapa banyak orang-orang pintar yang membersihkan muka dengan tissue? Tapi, sesudah itu tissue bekas pakai seenaknya dibuang ke lantai, ke tanah. Kita patut bertanya, apakah mereka bukan orang-orang yang terdidik?
Baca Juga: Yuk Ah, Rekreasi Tiap Hari, Mau?
Mohon maaf. Saya memang bukan orang pintar. Namun, saya berusaha mengenal, menerima, dan memikirkan banyak sekali pertanyaan. Dan, kini terus mencari jawabannya; mencari nilai-nilai. Itulah kesemestaan pendidikan. Kita memang boleh bangga, pendidikan di negeri ini maju pesat; menjadi simbol kemajuan dan martabat bangsa. Semua kita pasti setuju. Kini, pendidikan sangat mudah diakses masyarakat. Aspek pedagogi dan andragogi dalam pendidikan berlangsung seiring sejalan. Guru sangat tahu tanggung jawab atas apa yang diajarkan. Anak didik pun tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Semua itu sudah dicapai dalam proses pendidikan. Namun, seiring kemajuan pendidikan, ada yang hilang dari nilai-nilai dan karakter bangsa.
Isi artikel ini tidak mengekspresikan pendapat dan kebijakan redaksi klikanggaran. Jika Anda pikir teman Anda akan tertarik dengan artikel ini, mohon di-share kepadanya, terima kasih.
Artikel Terkait
Nadiem Makariem: AKM dan Hegemoni Mas Menteri Pendidikan
Kompleksnya Permasalahan dalam Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah Tingkat Dasar di Kemenag
NU, Muhammadiyah, PGRI, Majelis Pendidikan Katolik , dan Taman Siswa, Tolak Aturan Juknis BOS. Mengapa ya?
Kemenag Ingin Memajukan Pendidikan Madrasah, Seperti Apa Ya Kondisi Desain Kurikulumnya?
Ma'ruf Amin Dorong Universitas Terbuka Tingkatkan Kualitas Pendidikan dan Riset