Sementara itu, masyarakat harus menyadari bahwa negara bukan entitas yang terpisah dari diri kita. Kita adalah bagian dari negara. Ketika kita bersikap masa bodoh terhadap kondisi bangsa, kita sedang membiarkan rumah kita sendiri roboh perlahan.
Bela negara bukanlah sekadar kewajiban, melainkan juga sebuah kehormatan. Ia lahir dari rasa memiliki, dan berkembang dari sikap cinta yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Dalam situasi dunia yang semakin kompleks dan tak terduga—dari ancaman disinformasi digital hingga konflik geopolitik global—rasa bela negara yang kuat adalah benteng terakhir yang melindungi jati diri dan kedaulatan bangsa. Sudah saatnya kita berhenti menganggap bela negara sebagai tugas orang lain. Ia adalah tanggung jawab kita semua.
Penulis: Dr. Akhirudin,M.Pd
Artikel Terkait
Mantan Artis Cilik Chikita Meidy Ungkap Kelakuan Sebenarnya Suami, Indra Adhitya, Begini Pernyataannya
Ternyata Ini Penyebab Gusti Irwan Wibowo alias Gustiwiw Menurut Sang Ibu
Lulusan Pertama Thariq Boarding Sudah Tembus 54 Persen PTN dan PTLN
Terima Undangan Kemendes PDTT, Ryan Adam Siap Bawa Nama Baik Luwu Utara di Tingkat Nasional
Cegah Dampak Buruk Pekerja Anak, Forum PATBM dan Forum Anak Luwu Utara Gelar Dialog
Inilah Sosok Raja Yordania Abdullah II, Penguasa Muslim Terang-Terangan Dukung Palestina, Siapa Sebenarnya?
Yono Bakrie Resmi Menikah dengan Vini Caroline, Ini Sosoknya
Pementasan Teater MA Muhammadiyah 1 Kota Bandung: Penuh Penonton dan Menginspirasi
Memaknai Jiwa Nasionalisme pada Gen Z Masa Kini
Penanaman Rasa Tauhid di Kalangan Mahasiswa Saat Ini