Memaknai Jiwa Nasionalisme pada Gen Z Masa Kini

photo author
- Selasa, 17 Juni 2025 | 11:01 WIB
Ilustrasi (Istimewa)
Ilustrasi (Istimewa)


KLIKANGGARAN -- Di era serba digital dan globalisasi yang pesat, perbincangan soal nasionalisme di kalangan generasi Z (Gen Z) seringkali menimbulkan kekhawatiran. Sebagian orang menilai Gen Z mulai kehilangan jati diri kebangsaan karena lebih akrab dengan budaya luar dibanding budaya sendiri. Namun, benarkah demikian?

Sebelum menjatuhkan penilaian, penting bagi kita untuk memahami bahwa cara Gen Z memaknai nasionalisme tidak lagi sama seperti generasi sebelumnya. Nasionalisme bagi mereka bukan semata-mata simbolik—seperti berdiri tegak saat upacara bendera atau menghafal teks Pancasila—melainkan telah bertransformasi menjadi bentuk ekspresi yang lebih dinamis, kreatif, dan relevan dengan zaman.

Gen Z tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan terbukanya informasi global. Mereka belajar dari berbagai sumber, membangun jejaring lintas negara, dan mengembangkan cara pandang yang lebih inklusif.

Baca Juga: Pementasan Teater MA Muhammadiyah 1 Kota Bandung: Penuh Penonton dan Menginspirasi

Dalam situasi ini, rasa cinta tanah air bukan hilang, tetapi ditransformasikan. Kita bisa melihat bagaimana banyak anak muda Indonesia menggunakan media sosial untuk mengangkat budaya lokal, memperkenalkan kekayaan kuliner, mempromosikan pariwisata, hingga membela nilai-nilai toleransi dan keberagaman.

Contohnya, tidak sedikit content creator muda yang secara aktif memperkenalkan batik, tarian daerah, atau bahasa daerah melalui platform global seperti YouTube dan TikTok. Di bidang teknologi, anak-anak muda membangun startup yang menyelesaikan masalah lokal dan mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia. Semua ini adalah bentuk nyata dari nasionalisme masa kini—nasionalisme yang progresif, adaptif, dan menyatu dengan dunia digital.

Namun demikian, kita tetap perlu waspada. Di balik kebebasan dan keterbukaan informasi, Gen Z juga rentan terhadap arus radikalisme, disinformasi, dan budaya instan. Di sinilah peran penting pendidikan karakter dan literasi digital. Sekolah, keluarga, dan media memiliki tanggung jawab bersama untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dengan pendekatan yang relevan—bukan dengan paksaan, tetapi dengan dialog, keteladanan, dan ruang partisipasi aktif.

Baca Juga: Yono Bakrie Resmi Menikah dengan Vini Caroline, Ini Sosoknya

Nasionalisme bukanlah warisan yang cukup dikenang, tapi semangat yang harus terus dirawat dan diciptakan ulang sesuai zaman. Gen Z memiliki potensi besar menjadi agen perubahan yang mencintai negerinya dengan cara mereka sendiri.

Tugas kita sebagai masyarakat adalah memberi ruang, mendukung, sekaligus membimbing agar jiwa nasionalisme itu tumbuh tidak hanya sebagai slogan, tetapi sebagai kesadaran dan tanggung jawab nyata terhadap masa depan Indonesia.

Penulis: Saepudin Karta Sasmita

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ratih Sugianti

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X