KLIKANGGARAN -- Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang begitu cepat, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga identitas dan jati diri.
Teknologi berkembang pesat, informasi menyebar dalam hitungan detik, dan gaya hidup pun ikut berubah. Namun di balik kemajuan itu, ada hal penting yang sering terlupakan: pembentukan karakter.
Karakter bukan sekadar soal moralitas, melainkan juga menyangkut daya tahan, integritas, dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, dan bangsa.
Dalam konteks ini, dua nilai utama yang menjadi pilar pembentukan karakter bangsa khususnya di kalangan generasi muda adalah keteladanan dan disiplin.
Mengapa Karakter Itu Penting?
Bangsa yang besar tidak hanya dibangun dari sumber daya alam atau teknologi canggih. Ia tumbuh dan bertahan dari manusia-manusia yang memiliki karakter kuat. Pemuda yang berintegritas, bertanggung jawab, serta memiliki etos kerja dan moralitas tinggi adalah aset terbesar negeri ini.
Namun, kita tak bisa menutup mata bahwa hari ini banyak tantangan menggerus karakter anak bangsa. Budaya instan, tayangan yang tidak mendidik, hingga minimnya sosok panutan di lingkungan sekitar membuat banyak pemuda kehilangan arah. Mereka tahu banyak, tapi kurang dalam cakap secara teknologi, namun gamang secara nilai.
Keteladanan: Pendidikan yang Tidak Berteriak
Keteladanan adalah bentuk pendidikan karakter yang paling halus, namun paling kuat. Ia tidak membutuhkan kata-kata, cukup dengan tindakan nyata yang bisa ditiru. Seseorang yang menunjukkan kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan kesederhanaan tanpa perlu menggurui, secara langsung telah menjadi guru bagi lingkungan sekitarnya.
Pemuda Indonesia butuh lebih banyak sosok yang bisa dijadikan contoh. Sosok yang tidak hanya cerdas, tetapi juga rendah hati. Yang tidak hanya sukses secara materi, tapi juga kuat secara moral. Keteladanan ini bisa hadir dari siapa saja: orang tua, guru, tokoh masyarakat, bahkan teman sebaya.
Sayangnya, dalam banyak kasus, keteladanan kini mulai pudar. Banyak tokoh publik justru mempertontonkan gaya hidup berlebihan, meremehkan aturan, atau bahkan terlibat dalam berbagai pelanggaran hukum. Ini menjadi tantangan tersendiri, karena tanpa contoh nyata yang baik, nilai-nilai karakter sulit ditanamkan.
Disiplin: Pilar Kehidupan yang Terlupakan
Jika keteladanan adalah roh, maka disiplin adalah kerangkanya. Disiplin bukan hanya tentang menaati peraturan, tapi tentang kemampuan mengatur diri, mengelola waktu, dan bertanggung jawab atas setiap pilihan yang dibuat.
Pemuda yang disiplin akan tumbuh menjadi pribadi yang dapat diandalkan. Ia tahu kapan harus belajar, kapan harus berkontribusi, dan bagaimana menyikapi kegagalan tanpa menyalahkan keadaan.
Artikel Terkait
Drama Pemilihan Ketum PB IKA PMII: Saatnya Alumni PMII Bergerak dan Saling Menguatkan
FSGI Kecam Pemecatan Novi Citra Indriyati Sebagai Guru, Soroti Kebebasan Berekspresi
Bahasa-Bahasa di Indonesia yang Terancam Punah: Perjuangan Menyelamatkan Warisan Budaya Nusantara
Saatnya Memikirkan THR untuk Petani Jelang Idulfitri
Menimbang Manfaat Rencana Munas IKA PMII Season 2: Mekanisme versus Soliditas Organisasi?
Bahasa: Senjata Terselubung dalam Aksi Kriminal dan Pentingnya Kewaspadaan Masyarakat
Menyatukan Idulfitri, Bukan Memisahkan Idul dan Fitri
Pernyataan Prematur Kejaksaan Agung dalam Pengembangan Kasus Korupsi Pertamina
Kegunaan ChatGPT bagi Peserta Didik dalam Pembelajaran: Sebuah Terobosan Pembelajaran Masa Kini
Pembentukan Karakter melalui Keteladanan dan Disiplin pada Anggota Muda Brigade Mobile (Brimob) Batalyon A Resimen II Pasukan Pelopor