KLIKANGGARAN -- Dalam kompleksitas fikih muamalah, kita sering kali mendengar istilah jual beli atau sewa-menyewa.
Dua akad ini memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak terpisahkan.
Namun, pernahkah Anda mendengar tentang ‘ariyah? Sayangnya, akad ini sering terlupakan padahal ia memiliki keunikan tersendiri yang patut kita pahami lebih jauh.
‘Ariyah, secara sederhana, adalah akad pinjam-meminjam barang tanpa imbalan atau keuntungan finansial.
Sebuah konsep yang seolah menawarkan napas keadilan dalam hubungan sosial.
Bayangkan, sebuah barang dipinjamkan untuk digunakan sementara waktu, dan si penerima pinjaman hanya perlu mengembalikan barang itu dalam kondisi yang wajar.
Bukankah ini menarik di tengah dunia yang sering kali menakar segalanya dengan materi?
Berbeda dengan jual beli yang melibatkan perpindahan kepemilikan atau sewa-menyewa yang menuntut imbalan, ‘ariyah mengajarkan nilai altruistik.
Akad ini menunjukkan bahwa tidak semua interaksi ekonomi harus didasari oleh keuntungan finansial.
Pemilik barang tetap memegang hak kepemilikan, tetapi memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memanfaatkan barang tersebut tanpa syarat keuntungan.
Namun, di era modern yang serba transaksional ini, apakah ‘ariyah masih relevan? Menurut saya, justru inilah momen di mana kita perlu merevitalisasi semangat akad ini.
Dalam masyarakat yang semakin individualistis, ‘ariyah bisa menjadi pengingat bahwa ada nilai-nilai kebersamaan yang tidak ternilai harganya.
Mari kita renungkan, apakah mungkin menghidupkan kembali semangat berbagi ini di tengah budaya yang cenderung mengukur segalanya dengan uang?
‘Ariyah adalah pengingat bahwa hubungan sosial dan keadilan tidak selalu tentang siapa untung dan siapa rugi, tetapi tentang bagaimana kita bisa saling mendukung.
Artikel Terkait
Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai Pilar Identitas dan Diplomasi Global
“Gaskeun” : Simbol Semangat dan Dinamika Bahasa Zaman Now
Menghadapi Tantangan Global Internalisasi dan Internasionalisasi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia Laksana Gatot Kaca
Bahasa Gaul dan Tantangan Terhadap Identitas Bahasa Indonesia
Problem dan Tantangan Kepala Daerah Terpilih di Sulawesi Selatan