KLIKANGGARAN -- Dua minggu terakhir ada yang menarik di media Online, yaitu Cak Ipul atau Saifullah Yusuf bicara secara massif tentang PKB. Bahkan, diposting secara berseri. Ada apa, Cak Ipul?
Kalau dari materi yang disampaikan, tampaknya ada ‘gawe besar’. Karena ini masih bulan Syawal kita Husnudhonnya saja, mungkin sedang menebus dosa, karena selama ini tidak pernah berkontribusi bagi kebesaran PKB.
Perasaan dosa itulah yang mendorong dia bersemangat menyampaikan pikiran-pikiran reformatif. Harapannya agar dosa-dosa yang selama ini dia perbuat segera dimaafkan oleh orang-orang NU yang selama ini bekerja keras membesarkan PKB.
Sebagai catatan saja, beberapa perilaku Cak Ipul selama bersentuhan dengan PKB. Setelah terpilih menjadi Sekjen PKB di MLB Yogyakarta tahun 2002, bermanuver dengan mendekati kekuasaan baik Presiden Megawati dan berlanjut ke periode pertama Presiden SBY, sampai akhirnya dipecat Gus Dur dari jabatan Sekjen PKB.
Kemudian dia melakukan perlawanan yang berujung perpecahan yang melembaga. Lahirnya partai baru pecahan PKB yang bernama PKNU, adalah buah dan kelanjutan sikap Cak Ipul yang memprovokasi para kiai sepuh sehingga mereka mufarroqoh dengan PKB.
Saifullah Yusuf memang tidak masuk dalam jajaran kepengurusan PKNU, itu semata-mata karena kalah sigap dengan Almarhum Choirul Anam yang memang lebih memiliki kecakapan berorganisasi dan berpolitik.
Cak Ipul memang dikenal dalam kemampuan dalam lobby atau bahasa pasarnya Makelar jabatan, meskipun akhirnya hanya sebatas memprovokasi dan merusak (ngobrak-abrik) persatuan di kalangan warga nahdliyin.
Setelah gagal memimpin PKNU dia loncat menempel SBY lagi sehingga bisa menjadi Wagub Jatim berpasangan dengan Sukarwo mengalahkan Chofifah. Peristiwa Pilgub Jatim tiga kali, antara Cak Ipul dan Chofifah sama-sama mendapatkan berkah dukungan dari PKB secara bergantian.
Pada Pilgub ketiga Cak Ipul maju sebagai Cagub Jatim diusung oleh PKB melawan Chofifah. Cak Ipul dikalahkan oleh Chofifah. Selanjutnya Cak Ipul yang memang berdarah pengejar jabatan, maju menjadi Wali kota Pasuruan diusung oleh PKB dan menang.
Dari berbabagai peristiwa ini kita faham, bahwa Memang Cak Ipul termasuk manusia langka di Indonesia. Umumnya kader politik meniti karir dari bawah ke atas. Kalau Cak Ipul berbeda, karir politiknya dari atas ke bawah. Setelah dipecat dari menteri dia berkarir turun menjadi Wagub Jatim. Setelah kalah Pilgub turun lagi meraih karir di bawahnya menjadi Walikota.
Apa itu salah ? Tidak. Hanya saja, menunjukkan perilakunya tidak umum.
Sebagai pengumpul Jabatan, sebenarnya ada satu kekurangan Cak Ipul. Satu saja yaitu tidak mau ngurus jabatan yang sudah diperolehnya itu. Sebagai contoh, belum tuntas Jabatan Walikota, dia sudah berburu karir dan menjadi Sekretaris Jenderal PBNU dan berkantor di Jakarta lagi.
Tidak mengherankan kalo ngantor ke PBNU, menyesuaikan dengan kemauannya. Padahal, jabatan sekjen organisasi seperti PBNU harusnya berperan seperti direktur operasional yang harus mengendalikan day to day roda organisasi.
Peristiwa Cak Ipul, sering menkritisi PKB bisa saja dikaitkan dengan hal ini. Mungkin tanggung jawab sebagai Walikota tidak bisa dijalankan secara maksimal, sehingga dia merasa berdosa kepada PKB sebagai partai pengusungnya.
Artikel Terkait
Psikologi Sastra: Sebagai Masalah Manusia yang Melukiskan Potret Jiwa
Analisis Struktural Cerpen 'Biarlah Dia Pergi': Studi Kasus tentang Patah Hati dan Pemulihan
'Kau Tetap Misteri': Simfoni Rindu yang Menggetarkan Jiwa dan Menggema dalam Kehidupan Nyata
Kekerasan Terhadap Anak Terus Berulang, Bagaimana Islam Mengatasinya?
Kampus Mengajar Angkatan 7 Sudah dimulai, Inilah Kewajiban dan Hak Mahasiswa
Meningkatnya Kejahatan saat Ramadan Akan Tuntas dengan Penerapan Sistem Islam
Driver Ojol Lebaran Tanpa THR, Bagaimana Negara Berperan?
Polemik HAM di Papua, Ketum PPPAD: Cara Pandang BEM UI Salah
Ketika 'Aseng' Memperkuat Islam
Mengapa Chief Detective 1958 Wajib Menjadi Tontonan di Akhir Pekan? Berikut 3 Alasannya!