Pengkafiran dan Romantisme: Penyebab Kemandekan Sains di Dunia IsIam

photo author
- Jumat, 1 Desember 2023 | 21:34 WIB
Umat Islam sudah lama terjebak pada kemandekan ilmu pengetahuan. Gambar: Ilustrasi. (freepick)
Umat Islam sudah lama terjebak pada kemandekan ilmu pengetahuan. Gambar: Ilustrasi. (freepick)

KLIKANGGARAN -- Entah sudah berapa dasawarsa umat Islam mengalami impotensi dalam ilmu pengetahuan.

Lihat saja, dari sekian banyak pionir teknologi digital yang kita nikmati sekarang, hampir tidak ada ilmuwan Islam.

Begitu pula dengan teori dan metode yang biasa kita gunakan dalam karya ilmiah, sedikit sekali nama cendekiawan Muslim yang berderet di daftar pustaka, kecuali kajian yang berkaitan dengan Islam.

Apakah Islam tidak punya keintiman berpikir? Tentu tidak. Sejak dahulu para pemikir Islam sudah lekat dengan tradisi intelektual dan dialektika, kok.

Al Ghazali dan Ibnu Rusyd, misalnya. Mereka bertengkar pikiran dengan amat sengit, sehingga bisa produktif melahirkan karya.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Digugat Miliar atau Lebih dari Rp 15 T Setelah Meluncurkan Koleksi NFT Lewat Binance, Siapa Penggugatnya?

Itu baru satu contoh, masih banyak contoh-contoh lainnya.

Variabel kemandekan sains di dunia Islam sangat banyak. Tapi, yang saya lihat sejauh ini, penyebab paling fundamentalnya ada dua hal:

Pertama, orang Islam sering kali terlalu mudah mengkafirkan saudara seagama, dan kedua, umat muslim kerap berenang dalam romantisme masa lampau.

Ibnu Sina, misalnya, beliau itu sangat dihargai di dunia karena kecerdasannya. Beliau ahli filsafat, matematika, sains, dan terutama ilmu kedokteran.

Baca Juga: Media Ini Membocorkan Ada Kutipan Ayat Al-Qur'an dalam Dokumen Rencana Serangan Hamas ke Israel dan Peringatan Intelijen yang Diabaikan

Bahkan, orang-orang Barat pun mengakui kalau Avicenna adalah bapak ilmu kedokteran modern.

Namun, orang-orang Islam justru mengutuk Ibnu Sina kafir hanya karena beliau terlalu menggunakan pendekatan rasional dan saintifik.

Para ulama, apalagi Al Ghazali, sibuk sekali menghakimi akidah salah satu ilmuwan hebat Islam itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X