Baca Juga: SKB CPNS Luwu Utara Resmi Berakhir, Sepasang Suami Istri Raih Nilai Tertinggi Kedua
"Kita doakan saja semoga Samudra tenang di sisi-Nya, dan diampuni semua dosanya," sahut seorang pelayat yang lain.
"Bagaimana aku bisa tenang? Ajalku sudah menjemput sedangkan aku belum menyelesaikan semua urusanku? Bisakah kalian mengerti itu?" Samudra memekik tanpa suara di telinga para pelayat yang sedang menasehati dan menghibur ibunya.
"Nanti selanjutnya yang jemput si Upik sekolah siapa, Bu?"
"Sementara ya saya, sambil diajari biar bisa pulang sendiri."
"Lha, apa ndak bahaya masih kecil begitu?"
"Semoga tidak apa-apa."
"Trus, yang anter kue ke warung saya siapa?"
"Saya nanti yang anter, Bu."
"Lha, yang bikin kuenya siapa?"
"Ya, saya juga."
Baca Juga: China Akan Mengubah Makau dari Pusat Kasino menjadi Pusat Industri Teknologi
"Walah, semua Ibu yang ngerjain? Apa mampu? Wong sudah sakit-sakitan begitu."
"Ndak apa-apa, Bu, semoga mampu."
Samudra semakin menyesali kematiannya. Ia berlari ke sana ke mari, lalu jatuh bersimpuh, memohon agar Tuhan mendengar permintaannya.
Artikel Terkait
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerbung: Cicak Jatuh di Halaman
Cerbung: Cicak Merayap di Dinding
Cerbung: Samudra di Lautan Malas