"Iya, aku juga tidak tahu harus berpikir apa. Mungkin memang sudah kehendak-Nya. Siapa pun tidak akan dapat melawan."
Pikiran Selasih melayang pada kejadian di ruang tunggu bengkel. Wajah seorang pemuda melintas di mata dan mimpi-mimpinya. Pikiran dan hatinya berbincang sendiri.
Apa maksud semua ini? Seandainya benar kejadian itu sebuah pertanda, dan mimpiku juga untuk Andri, aku pun bisa berbuat apa?
Selasih dan Burhan menekuni perjalanan pulang sambil bertukar diam. Masing-masing berjalan dengan pikirannya sendiri. Mereka tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Satu sama lain mencoba memahami tiap detail dari kejadian.
Mereka tidak tahu bahwa kematian adalah misteri. Dia berjalan bagai pencuri, sewaktu-waktu bisa saja menghampiri siapa pun tanpa bertanya dan permisi terlebih dahulu. *
Mungkin teman Anda tertarik dengan artikel ini, mohon dibantu share kepadanya, ya. Terima kasih telah menjadi pembaca setia klikanggaran.com*
Artikel Terkait
Cerpen: Wanita Jalang
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Satu
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Dua
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Tiga
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Empat
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Lima, Rumah Kaca
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Enam
Cerpen: Ternyata Kau Bukan Lelaki