KLIKANGGARAN - Puisi berlari meninggalkan pagi ketika mentari belum juga membuka selimutnya. Sebongkah kisah duduk di atas waktu bernama siang.
Puisi memaku diri memastikan pagi telah usai ketika sayup terdengar suara. Aku berlari ke pulau asmara mengejar suara entah milik siapa.
Puisi sederhana ini, khusus saya persembahkan untuk para pembaca. Jangan risaukan sejenak riuh rendah perkara, mari bersyukur saja.
Kembali saya lekatkan kalimat seorang teman di sini. Jika hidup ini adalah puisi, maka kita adalah kata.
Baca Juga: Cerbung: Cicak Jatuh di Halaman
kutatap hening menyeruak
bergeming di belantara takdir membisu
berkelana di antara sampan-sampan mengitari jasad beku
berselimut kabut tebal penuh aroma cinta dan nestapa
penuh cinta menanti di pulau asmara
bilakah di antara sampan berhenti ke tepian
binar asmara memancar dari dedaunan rumah
bertabur embun alunkan irama syahdu
lelah akan berganti langit membiru berbaur rindu
kurentang tangan untuk pelukan cintamu
Baca Juga: Eks Ketua DPC Partai Gerindra Blora Gugat Prabowo Rp 501 Miliar
kuberikan hari ini, esok, dan lusa untukmu
kuberikan tepian hijau dan batu cinta hanya untukmu
aku akan selalu di sini hilangkan kesendirianmu
di tepian pulau asmara beratap rindu
Artikel Terkait
Puisi Basi untuk Sang Maha
PUISI: Cappuccino dan Engkau
PUISI: Cappuccino Senja
PUISI: Pahlawan Itu
Puisi Ingin Kau Tahu
Puisi: Diam Itu Membunuhku
Puisi: Biruku