PUISI: Cappuccino Senja

photo author
- Minggu, 31 Oktober 2021 | 17:00 WIB
Kopi Turki, lengkap dengan lapisan busa yang dikenal sebagai "wajah" (@wikimedia)
Kopi Turki, lengkap dengan lapisan busa yang dikenal sebagai "wajah" (@wikimedia)

matahari perlahan pergi dari tatapan langit kelam ketika adzan sore itu berkumandang di masjid samping rumah
secangkir cappuccino yang kuseduh di awal hari membeku pada dinginnya kecintaan yang getir
aku masih tuliskan puisi tentang malam-malam ketika Kau menenggelamkanku semakin jauh
Masih kuingat jelas sabdaMu yang kubaca sesaat sebelum qku terlelap
"Setiap siang dan malam adalah wajahMu," kataMu ketika aku dikoyak sepi

senja ini, ketika secangkir cappuccino kuseduh dalam gembira yang sakit
rasaku remuk setiap saat hujan memandikan kesedihan yang tak kunjung hilang
selalu saja apa yang telah membuat luka itu datang dan merusak perasaanku

Kini, setelah sekian lama aku disiksa rasaku sendiri
rembulan memelukku erat dari ujung langit malam
dan ketika aku datang dalam sujud yang panjang
Kamu berikan aku ketenangan dalam sandaran

Tasikmalaya, 31 Oktober 2021

Artikel Selanjutnya

CERPEN: Pensil Frea

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X