“Emang ada larangan?”
Dodit diam menatap sahabatnya. Dilemparnya puntung rokok ke tengah jalanan, lalu ikut menatap rumah kaca di kejauhan. Tak lama kemudian kepala berputar, kembali menatap sahabatnya yang masih duduk membeku.
Baca Juga: Lelaki di Balik Layar 3
“Kamu cinta dia, kan?”
“Siapa?”
“Jangan pura-pura nggak peduli, Ma. Aku tahu apa yang sedang kamu rasakan. Aku minta maaf kalau rencana pernikahanku sama Ratih bikin kamu terluka.”
“Jangan sok tahu dan ambil kesimpulan sendiri.”
“Kenapa kamu nggak pernah menyampaikan perasaanmu ini padanya?”
“Perasaan apa?”
“Udahlah, Ma. Aku tahu kamu cinta sama Ratih.”
“Udah sok tahu, ngeyel pula.”
“Nggak usahlah kamu mencoba mengingkarinya. Semakin kamu hindari akan semakin menyiksamu.”
Baca Juga: Pangeran Berkuda
“Buat kamu aja.”
Dodit tersenyum.
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Satu
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Dua
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Tiga
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Empat