“Nanti kamu lihat sendiri.”
Kedua gadis itu memasuki halaman rumah kos tempat Rama dan Dodit tinggal sementara, lalu mengetok pintu perlahan. Seorang ibu penjaga rumah kos membuka pintu dan mempersilakan mereka masuk.
Setelah tersenyum basa-basi ibu itu meninggalkan mereka menunggu di ruang tamu yang tak penuh dengan perabot. Ratih memutar matanya mencari ketenangan.
“Mau ngapain kalian?”
Tiba-tiba Rama sudah berdiri di pintu penghubung sambil mengucek matanya yang masih merah dan bergelayut kantuk.
Bersambung…
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Satu
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Dua
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Tiga
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Empat