KLIKANGGARAN – Malam telah menjelma dan saatnya pembaca untuk beristirahat. Tentu saja sambil membaca novel Melukis Langit. Semoga hari ini adalah hari yang indah untuk pembaca.
Letakkan seluruh beban di atas tiap aksara novel Melukis Langit di hadapan Anda. Melemaskan seluruh sendi agar rasa syukur kembali terhimpun dan kian liat.
Novel Melukis Langit sekali lagi, hanya mewakili para kisah dalam kehidupan. anda bisa menjadikannya sebagai salah satu sarana untuk belajar memaknai hidup.
Yuk, meluncur ke novel Melukis Langit bagian duabelas. Semoga pembaca menemukan sesuatu di dalamnya.
∞
Baca Juga: Miris! Adik Kakak Bergantian Sepatu di Sekolah
Di langit sudah tertera gelombang biru dan mendung, sudah tercatat langit cerah dan hujan, dari rincian musim dan noktah, dan di sana kau ada, tak perlu lagi kau mainkan tarian kuasmu pada kanvas biru-Nya yang sudah terbingkai.
Jika musim sedang berganti dan memang harus berganti, itulah lukisan-Nya dan kau sudah ada di dalamnya, maka hentikanlah tangismu saat matahari menghilang, agar air mata tak menodai binar cahaya bintang, di ujung malam dan hitam, betapa indah lukisan-Nya
Seorang induk tak akan memupuk permusuhan yang sedang terhampar dan memanas, tapi mengapa di sini induk menerkam ganas, hingga angin pun terburai pilu
Apakah ketulusan ini hanya pura-pura tanpa kutahu? Hingga hukuman merajam hati, masih haruskah melewati beberapa ujian lagi, dan langkahku kian terpuruk
Haruskah menyudahi semuanya, agar segera terlihat adakah hati yang bening
*
Baca Juga: Dosen dan Mahasiswa Prodi MPI IAIN Ternate Laksanakan PkM di Kota Tidore
Puniawati mengemas barang-barang dengan hati gundah. Liburan yang sudah dia janjikan pada anak-anaknya tak bisa ditawar lagi. Sedangkan hatinya menatap bayangan kelam dalam mimpi-mimpi yang belakangan tak pernah berhenti singgah dalam tidurnya.