"Kaka jangan lupa berdoa terus yaaa. Jangan lupa sholat. Itu penting banget loh! Supaya hati kaka selalu terisi. Nanti kaka akan mengerti. InsyaAllah nanti Allah tolong supaya kaka mengerti."
"Aku bisa ketemu ayah gak bu?"
Baca Juga: Sekilas tentang Waskita Karya, Kondisi Keuangan Perusahaan
"InsyaAllah bisa. Ketemu di surga. Kaka banyak doain ayah ya. Kakak sholehah nanti masuk surga dan ketemu ayah."
Dia kemudian tersenyum dan kembali mengayunkan ayunannya. Tiba-tiba dia menatapku dan bertanya banyak hal.
"Bu, ayah itu untuk apa sih?"
Aku pun terbata-bata untuk menjawab.
"Ayah itu ada dalam sebuah keluarga. Ayah itu pemimpin. Ayah itu yang melindungi kita."
"Lalu kita gak ada yang pimpin dong!"
"Ada dong! Ibu pemimpinnya hehehhe. Gini loh ka, Kaka gak ada ayah itu berarti udah Allah pilih. Ayah gak sama-sama kita itu maunya Allah. Maka semua udah Allah siapin untuk kita. Tetap bahagia dan bersyukur ya" jawabku dengan suara yang kurang begitu jelas karena air mata sulit dibendung.
Baca Juga: Avanza Veloz Tawarkan Fitur dan Teknologi Tercanggih di Kelasnya
Tak lama teleponku berbunyi.
"Hai, Ca! Aku memutuskan bercerai dengan istriku! Dia susah diatur! Bagaimana menurutmu?"
"Jangan pernah memutuskan untuk bercerai. Ingat anak-anakmu. Turunkan ego kalian. Jangan kamu bilang sudah tak cinta lagi! Ingat anak-anak! Kamu lihat deh mereka? Terlihat ceria tapi kamu tahu apa yang ada di dalam hatinya nanti. Luka batin yang tak mungkin sembuh! Kamu lihat anak-anakku yang ditinggalkan ayahnya. Ternyata mereka seserius itu hatinya. Perceraian kamu akan menjadi masalah besar untuk mereka. Istrimu hanya sulit diatur maka kamu yang harus diperbaiki! Jadilah ayah yang hebat!"
Aku langsung menutup teleponnya dengan sesak di dada dan tangis yang semakin tak karuan.***