Sombong, batin Ratih.
“Kenapa liat-liat?” tanya Rama sambil menatap tajam.
“Ha? Oh, enggak, nggak apa-apa, kok.” Ratih salah tingkah, lalu menarik tangan Luvia menyingkir dari antrian. Rama meliriknya sekilas dan kembali menekuni antrian.
“Loh, nggak jadi nonton?” Luvia heran.
“Nggak ah, antriannya terlalu panjang, paling nggak kebagian tiket.”
“Ada Rama, ya?”
Baca Juga: Polemik Syarat Minimal Penerima Dana BOS, FSGI: Kebijakan Itu Sebagai Fungsi Kontrol
Ratih tidak menjawab dan terus menggandeng tangan Luvia menuju deretan kursi di ujung ruangan.
“Ratih, ini film untuk materi ujian, kenapa nggak jadi nonton?”
“Bukan nggak jadi. Nanti aja kita nonton di jam berikut. Jangan sekarang.”
“Kenapa? Karena ada Rama, kan?”
Kembali Ratih menjawab dengan membisu dan segera mengasyikkan dirinya dengan diktat kuliah tanpa membacanya.
“Ini tiket untuk kalian, kupikir kamu capek berdiri jadi sekalian aku beli untuk bertiga.” Mengangsurkan tiket.
Ratih menatapnya tak berkedip, kebingungan sekaligus senang.
Baca Juga: Pemerintah Terima Opini WTP dari BPK, Realisasi Belanja Penanganan Pandemi Sebesar Rp695,2 Triliun