fiksi

Dua Gelas Kisah Bagian Sepuluh

Rabu, 1 September 2021 | 13:12 WIB
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)

 

Selepas makan siang, Kirana dan Dira kembali ke taman. Kali ini mereka hanya duduk di bangku panjang sambil membaca buku yang sengaja mereka bawa dari rumah. Buku bagi mereka adalah penyembuh. Mereka tidak lagi ketakutan, tidak perlu lagi bersembunyi jika mendengar orang bicara dengan nada tinggi.

“Aku ingat, kamu membawa Kirana dan Dira pada kunjunganmu yang kedua kalinya.”

Itu betul. Aku membawa Kirana dan Dira ke tempat tinggal Moy. Awalnya kukira mereka berdua akan takut melihat kondisi Moy, tetapi kekhawatiranku tidak beralasan. Nyatanya, Moy bahkan banyak memberi respons positif.

“Aku ingat, mereka menemaniku duduk di teras. Dira menyisir rambutku dan Kirana menyuapi aku sepotong keik cokelat. Keiknya enak sekali, Ru. Di mana kamu membelinya? Pasti dari toko roti mahal di mal, ya?”

Baca Juga: Dicurigai Ada Indikasi Kerugian Negara dari Sikap Kuasa Hukum KemenLHK di Sidang Gugatan Limbah TTM Blok Rokan

Aku tertawa. “Tidak, Moy. Keik itu buatan ibuku. Ibu membuka toko roti kecil di rumah. Ibu tahu, aku hendak mengunjungimu, jadi beliau buatkan spesial untukmu.”

“Ah, senangnya. Sayang sekali, aku tidak pernah sempat bertemu ibumu, Ru, padahal aku ingin tahu wajah perempuan yang menjadi malaikat pelindungmu.”

“Nanti akan ada waktunya, Moy.”

Setelah kunjungan kedua itu, aku meminta Moy untuk pindah ke tempat yang lebih dekat denganku dan anak-anak. Ia tidak menjawab, tetapi binar matanya sudah bicara banyak.

“Waktu …,” gumam Moy. “Aku tidak pernah bersahabat dengan waktu, Ru. Aku selalu kalah oleh waktu, kalah oleh ego, kalah oleh kenaifan, dan akhirnya, harus jatuh.”

Baca Juga: Ada Penyalahgunaan Senilai Rp 1 Miliar Lebih pada Wahana Wisata Perum Perhutani Ranca Upas

Jatuh, adalah kata yang bisa disematkan ke dua kondisi. Ia bermakna baik jika dipasangkan dengan kata-kata tertentu. Misalnya, jatuh hati. Namun, jika dipasangkan dengan kata miskin, maka maknanya tidak bagus. Dan, jatuh yang dialami Moy, bukan jatuh yang mengenakkan.

Oh, bukan, Moy bukan jatuh miskin. Penderitaannya lebih jauh dari itu. Ia tetap memiliki rumah dan sejumlah tabungan, tetapi tidak dapat menikmati semuanya.

Di mana keluarganya?

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB