“Utang akan dibiayai oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan menyebabkan kita mendapatkan penerimaan negara yang lebih tinggi juga,” tambahnya.
Risiko Kurs Dinilai Terbatas
Struktur utang Indonesia juga dinilai sehat karena sekitar 71–72 persen di antaranya dalam rupiah, dan sisanya 28–29 persen dalam valuta asing.
“Ini merupakan komposisi yang baik sehingga kita dapat mengelola risiko pergerakan kurs dengan baik,” ujar Suminto.
Dengan porsi dominan dalam rupiah, Indonesia dinilai tidak terlalu rentan terhadap fluktuasi nilai tukar global.
Menkeu: Nominal Bukan Ukuran Utama
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, total utang sebesar Rp9.138 triliun masih dalam batas wajar dan tidak perlu menimbulkan kekhawatiran berlebihan.
“Kalau acuan utang bahaya besar atau enggak, itu bukan dilihat dari nominalnya saja, tapi diperbandingkan dengan ekonominya," kata Purbaya dalam sesi media gathering daring, Jumat (10/10/2025).
"Ini kan Rp9.000 triliun itu sekarang masih di bawah 39 persen dari PDB, kan? Jadi dari standar ukuran internasional, itu masih aman,” imbuhnya.
Purbaya kemudian membandingkan dengan negara lain seperti Jerman dan Amerika Serikat yang rasio utangnya di atas 100 persen, serta Jepang yang mencapai lebih dari 250 persen.
Meski demikian, ia memastikan pemerintah akan menekan penerbitan utang baru dengan memperbaiki efisiensi belanja negara.
“Ke depan kita akan cepat coba kontrol belanja pemerintah supaya lebih baik, sehingga yang enggak perlu-perlu saya bisa mulai potong,” tegasnya.**