Dalam surat tersebut, Purbaya menegaskan percepatan penyerapan, pembayaran tagihan, pemanfaatan dana mengendap, serta monitoring mingguan dan bulanan.
Ia menutupnya dengan, “Demikian disampaikan untuk dilaksanakan bersama secara konsisten.”
APBN Baru Terserap 54,1 Persen Hingga Agustus
Rendahnya serapan ini juga terlihat dari laporan Kemenkeu per 31 Agustus 2025, di mana realisasi belanja negara baru mencapai Rp1.960,3 triliun atau 54,1 persen dari total APBN.
Wakil Menkeu Suahasil Nazara menjelaskan bahwa belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.388,8 triliun, termasuk belanja K/L sebesar Rp686 triliun atau 59,1 persen.
Ia mengatakan, “Iya digunakan untuk bansos, mulai dari PBI JKN, PKH, kartu sembako, PIP, sampai KIP Kuliah.”
Suahasil juga memaparkan adanya kenaikan tajam pada subsidi energi.
“BBM 3,5 persen lebih tinggi realisasinya, LPG 3 kg 3,6 persen lebih tinggi, listrik bersubsidi sekitar 3,8 persen lebih tinggi, dan pupuk 12,1 persen juta tonnya lebih tinggi,” jelasnya.
Transfer ke daerah mencapai Rp571,5 triliun atau 62,1 persen, tetapi ironisnya belanja daerah justru terkontraksi 14,1 persen akibat pergantian kepemimpinan serta efisiensi.
Menutup penjelasannya, Suahasil menegaskan pentingnya kualitas belanja negara.
“APBN terus melakukan upaya keras untuk melakukan belanja berkualitas untuk seluruh Indonesia,” tandasnya.**
Artikel Terkait
Ekonom Senior Desak Bongkar Skandal BLBI dan Hentikan Subsidi Rekap BCA dari APBN di Tengah Pajak Rakyat yang Kian Berat
Polemik Dana APBN untuk Bangun Ulang Ponpes Al-Khoziny: DPR Minta Kajian Matang agar Tak Timbulkan Persepsi Negatif di Publik
Proyek Family Office Gagasan Luhut Tak Dapat Kucuran APBN: Menkeu Purbaya Tegas Tolak Pendanaan dari Kas Negara
Cak Imin Bela Renovasi Ponpes Al Khoziny Pakai APBN, Tantang Pengkritik Beri Solusi dan Singgung Nasib 1.900 Santri
Luhut Tegaskan Utang Whoosh Bisa Direstrukturisasi, Tak Libatkan APBN, Tunggu Keppres dan Skema Pembayaran dari Danantara