KLIKANGGARAN -- Pembahasan mengenai perempuan selalu menjadi bahasan menarik karena sangat korelatif dengan isu feminisme yang bersifat emansipasional.
Emansipasi sendiri merupakan suatu manifestasi perlawanan atau gerakan dari kaum perempuan atas dasar ketidakadilan sosial yang dihadapinya. Baik dari segi hak, kewajiban, atau perannya dalam kehidupan.
Karena dalam realita sosio kultural, sejauh ini perempuan seringkali tersubordinasi sebagai gender yang inferior sedangkan laki-laki adalah gender yang superior.
Perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan kesetaraan gender dan menunjukkan eksistensinya dalam realitas sudah menempuh perjalanan historis yang panjang.
Perjuangan tersebut bersifat global dan ada hampir di setiap negara, salah satunya Indonesia. Atas perjuangan tersebut, kemudian terbentuklah sebuah ideologi pergerakan perempuan yang dinamakan feminisme.
Penyebab utama yang membuat kaum perempuan seringkali dinomorduakan adalah karena keberadaannya kurang dihiraukan dan bukan subjek absolut seperti laki-laki.
Kondisi tersebut memiliki hubungan kausalitas dengan fakta biologis perempuan sebagai peran reproduksi, memiliki ketidakstabilan hormon, atau kelemahan organ tubuh.
Hal itu kemudian memicu masyarakat untuk mengkonstruksi perempuan sebagai gender yang identik dengan kelemahan, kelembutan, kepasifan, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, lahirlah masalah bagi kehidupan perempuan. Seperti perempuan harus selalu tunduk kepada laki-laki, perempuan harus bekerja di lingkungan domestik, dan lain-lain.
Ironisnya banyak sekali perempuan yang pasrah, kemudian menerima mentah-mentah konstruksi sosial. Sehingga menganggap semuanya merupakan suau kodrat yang harus dijalani. Padahal kodrat gender tidak seperti itu.
Salah satu penulis perempuan dalam ranah kesusastraan Indonesia yang dominan mengangkat tema perempuan dalam karyanya adalah Laksmi Pamuntjak.
Karya Laksmi Pamuntjak dipilih karena ia merupakan seorang penulis perempuan yang berani mendobrak ketabuan dan memiliki semangat untuk membebaskan perempuan dari budaya patriarki, pemikiran konservatif, stereotip terhadap gender, dan segala stigmatisasi yang diberikan kepada perempuan.
Sehingga, karya-karya dari Laksmi selalu merepresentasikan eksistensi perempuan sebagai subjek di dunia, bukan hanya sebagai objek.
Dalam novel Aruna dan Lidahnya karya Laksmi Pamuntjak, eksistensi perempuan ditampilkan melalui karakter utama, Aruna. Aruna adalah seorang epidemiolog yang cerdas dan penuh semangat dalam pekerjaannya. Dia digambarkan sebagai sosok yang mandiri, memiliki keahlian khusus dalam bidangnya, dan aktif dalam melakukan survei terhadap virus flu burung di beberapa kota di Indonesia.
Artikel Terkait
Mengungkap Suara Hati dalam Novel “Ruang Kecil, Hati Besar” Karya Puthut EA melalul Teori Ekspresif Sastra
Nilai Religius dalam Novel "Kado Terbaik" karya J.S. Khairen
Pemilihan Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Bertaut Karya Nadin Amizah
Unsur Budaya dalam Film Sekala Niskala Karya Sutradara Kamila Andini
Nilai Feminisme pada Novel "Saman" Karya Ayu Utami: Sebuah Telaah Kritis