Kejadian atau peristiwa itulah yang ada dalam pemikiran warga Desa Woh, sehingga mereka sangat mempercayai adanya danyang. Kejadian tersebut banyak pemikiran yang berseliweran dari dalam benak warga Desa Woh.
Sistem kepercayaan yang dianut banyak cara yang telah dilakukan masyarakat Jawa, misalnya mengadakan upacara sesajen atau upacara adat.
Baca Juga: Kabar Bahagia untuk BLINK, Ini Alasan BLACKPINK Perpanjang Kontrak dengan YG Entertainmet
Upacara adat tentang tarian jaranan yang warga desa gelar ini merupakan sikap atau tindakan warga Desa Woh untuk menyelesaikan masalahnya agar terhindar dari malapetaka yang sering terjadi di desanya.
Warga Desa Woh selalu menggunakan cara-cara yang sakral berupa pemujaan yang tidaklah masuk akal dan sulit diterima oleh akal sehat manusia. Bagaimana peristiwa upacara adat itu digelar,
Sisi spiritual mantra atau upacara adat seperti yang dilakukan oleh warga desa Woh ini terdapat dalam permohonan perlindungan kepada Yang Maha Kuasa, dewa-dewi, mahluk jahat dan baik, dan danyang yang memiliki kekuatan dalam menguasai alam ini.
Secara tidak langsung, peristiwa atau kejadian ini menceritakan kepada siapa masyarakat meminta perlindungan dan dari siapa mereka berlindung.
Kepercayaan bahwa apabila memberikan sesajen, mengadakan upacara adat berupa tarian jaranan, menyembah dan memohon ke makam, akan mendapat rezeki yang cukup, hasil panen akan berhasil dan melimpah daripada orang yang tidak melaksanakan ritual ini.
Mitos sebagai fenomena ketidaksadaran kolektif menjadi cara yang sangat efektif untuk membuat masyarakat primitif melakukan sesuatu.
Keistimewaan perlakuan ini disebabkan oleh kepercayaan terhadap apa yang didengar. Padahal jika betul-betul disadari, semua tentang kegagalan dan keberhasilan terhadap hasil panen dan rezeki yang berlimpah itu merupakan hasil upaya dari diri sendiri dan atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.***
[Author: Muhammad Rizqi Afriyana, Mahasiswa Universitas Pamulang]
Artikel Terkait
Aceh dan Lukisannya yang Berdarah: Sebuah Representasi Budaya
Pesugihan dalam Cerpen “Warung Penajem” Karya Ahmad Tohari
Menapaki Kekuatan Diri dan Spiritualitas dalam Cerpen 'Ada Tuhan' Karya Lianatasya
Tidak Hanya Perkastaan, Oka Rusmini Memperkenalkan Tradisi Masyarakat Bali Melalui Novel Kenanga
Perspektif Sosial dalam Novel Bumi Manusia melalui Lensa Sosiologi Sastra
Melihat Sistem Patriaki Budaya Jawa Melalui Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala
Mengenal Budaya Jepang dalam Novel Gagal Menjadi Manusia Karangan Dazai Osamu, Nomor 3 Mirip Seperti Indonesia
Silariang: Film tentang Kawin Lari Menjadi Pilihan saat Tidak Mendapat Restu Orang Tua
Prahara Cinta dan Kebebasan: Membongkar Lapisan Terdalam dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
Mencari Tumbal agar Tanahnya Subur, Tokoh Utama Hampir Mati di Film Aku Tahu Kapan Kamu Mati 2