Jakarta,Klikanggaran.com - Dunia spionase bukan hal baru dalam sejarah Indonesia. Keterlibatan CIA dalam penumbangan rezim Soekarno dan pembersihan paham komunisme menjadi catatan kelam perjalanan bangsa.
Di zaman serba terbuka, dunia intelijen juga mengalami perkembangan, termasuk juga cara mereka memperoleh informasi. Buat mencapai tujuannya, badan intelijen asing tetap merekrut mata-mata dari Indonesia.
As’ad Said Ali menelepon membuat janji berbincang mengenai operasi intelijen asing termasuk juga pola perekrutannya. Wakil Kepala Badan Intelijen Negara era Presiden Megawati Soekarnoputri ini memaparkan banyak hal mengenai intelijen asing di Indonesia. Menurutnya, sampai saat ini banyak agen telik sandi negara asing menyebar mata-mata mereka, termasuk juga melalukan perekrutan. Tujuannya memperoleh banyak informasi termasuk juga data.
Di sela-sela kesibukan menjadi pembicara seminar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, As’ad Said Ali meluangkan waktu untuk berbincang tentang spionase dan perekrutan badan intelijen asing di Indonesia. Berikut petikan wawancara As’ad Said Ali kepada Arbi Sumandoyo dari tirto.id:
Bagaimana cara intelijen asing merekrut orang-orang di Indonesia?
Pada waktu perang dingin, AS bermusuhan dengan Rusia. Rusia pun menginteli kita. Pada saat itu, AS anggap kita sebagai teman. Jadi yang diawasi terutama pihak lawan, yakni komunis. Jadi yang diawasi adalah Rusia atau Uni Soviet. Nah, bukti Rusia menginteli kita, terkait skandal peta laut yang penting untuk kapal selam. Uni Soviet merekrut orang yang bisa mengakses peta tersebut. Siapa yang bisa mengakses? Tentu saja seorang perwira angkatan laut. Namanya kalau tidak salah Letkol Susdaryanto. Dia yang membuat pemetaan.
Bagaimana pola perekrutan menjadi agen asing?
Merekrutnya biasalah. Cara-cara klasik. Ditanya hobinya apa? Itu dipenuhi keinginannya. Dalam pola pikirnya juga diyakinkan (pekarjaan) tidak bahaya. Padahal peta laut tadi itu bahaya.
Kalau sekarang menjadi repot ya. Dunia intelijen saat ini menjadi repot. Sesungguhnya dengan dunia seperti ini, banyak hal menjadi terbuka walau masih ada yang dirahasiakan. Sekarang polanya sudah terbuka. Misalnya, pihak barat ingin menguasai jalan pikiran kita. Kemudian mereka bekerjasama dengan para NGO di sini. Mereka menyebarkan pemikiran-pemikiran. Apalagi sekarang jaman demokrasi.
Saat ini relatif lebih susah untuk mengambil tindakan. Namun yang spesifik, masih ada yang dirahasiakan seperti misalnya undang-undang militer yang saya tidak bisa katakan. Kemudian juga kebijakan-kebijakan negara. Sekarang rekrutmen bagi barat relatif lebih gampang, karena memang yang dirahasiakan lebih sedikit.
Misalnya, kebijakan-kebijakan atau perintah-perintah khusus di kawasan tertentu, atau proteksi kepada presiden dan penjaganya. Misalnya, dulu telekomunkasi belum bagus seperti saat ini. Tapi kalau saat ini bisa disadap. Sekarang ini intelijen bertugas untuk menjaga kekayaan nasional. Daerah-daerah mana yang harus diawasi, Counter-nya, kira-kira dia mau cari apa, begitu lho. Kalau asing mau ke sini, dia mau apa?
Negara mana yang memiliki kepentingan untuk merekrut agen di Indonesia?
CIA memiliki perwakilan di sini. KGB punya di sini. Semua memiliki agen di sini. Keberadaan mereka resmi. Jadi untuk hal-hal umum, kita tidak ragu dan bisa langsung bertemu. Kadang-kadang kita bekerja sama dan bertukar informasi. Misal memerangi ideologi ISIS, yang harus dilindungi spesifik, bagaimana mental kita tidak berubah. Bahkan kita banyak melakukan kerja sama bagaimana mengatasi ISIS.
Saat ini berarti lebih kepada melawan gerakan radikalisme?