Begini Kementar Dahlan Iskan soal Perang Konsulat AS-China, Siapa yang Lebih Rugi?

photo author
- Minggu, 26 Juli 2020 | 09:58 WIB
IMG_20200726_095337
IMG_20200726_095337



Rel itu mempertaruhkan banyak hal: secara ekonomi sangat tidak ekonomis. Secara teknologi luar biasa sulitnya: harus melewati wilayah dengan ketinggian di atas 3.000 meter. Itu berarti sangat tipis oksigennya. Juga harus menggunakan konstruksi amat khusus: rel itu harus digelar di atas gunung es. Yang secara teknis pondasi tanah di bawahnya sangat rapuh.




Maka seandainya Tiongkok menutup konsulat Chengdu Amerika mungkin tidak lagi merasa terlalu kehilangan. Bahkan bisa dianggap justru menghemat anggaran. Hanya aktivis pro-demokrasi di Tibet yang akan menyesalkannya.




Tiongkok punya lima konsulat di Amerika. Demikian juga Amerika: punya lima konsulat di Tiongkok. Bagi Tiongkok lima konsulatnya itu penting semua: New York, Houston, San Francisco, Los Angeles dan Chicago.




Begitu banyak warga Tionghoa di sekitarnya. Bahkan, kalau diizinkan, Tiongkok perlu 15 konsulat lagi di sana. Kan belum ada di Seattle, San Diego, Boston, pun mungkin di Alberqueque....




Tapi apa pentingnya Amerika punya konsulat di Shenyang? Juga di Wuhan?




Konsulat di Shenyang, ibu kota provinsi Liaoning, mungkin penting. Dulu. Untuk memata-matai Korea Utara.




Jarak Shenyang ke kota kecil Dandong hanya 2 jam dengan mobil. Saya sering melewati jalur ini. Kota kecil Dandong penting karena berbagi sungai dengan Korea Utara. Dulu ada jembatan mobil dan kereta api dari Dandong ke kota di seberang sungai. Jembatan itu kini tinggal separo. Pihak Korut membongkar jembatannya sampai di tengah sungai. Itu tahun 1940-an.




Belakangan dibangun lagi jembatan baru yang besar dan modern. Di bagian lain wilayah ini.




Presiden Donald Trump sendiri sudah tiga kali bertemu langsung Kim Jong-Un. Peran konsulat Amerika di Shenyang sudah kalah dengan gencarnya postingan Trump di Twitter-nya.




Mungkin Amerika sengaja akan mengurangi konsulatnya. Barangkali hanya yang di Shanghai dan Guangzhou yang masih akan dipertahankan. Jangankan konsulat, Trump juga menutup kantor perwakilan kesehatan Amerika di Beijing. Padahal kantor itu sangat penting. Agar Amerika dengan cepat bisa tahu ada penyakit apa saja yang lagi berkembang di Tiongkok. Yang bisa dicegah untuk tidak terjadi di Amerika.




Enam bulan setelah penutupan itu muncul wabah Covid-19 di Wuhan. Amerika sudah telanjur kehilangan 'mata dan telinga'. Terjadilah pandemi di Amerika sekarang ini.




Jadi, apakah heboh penutupan konsulat Houston ini akan berkembang ke perang beneran?




Rasanya tidak.




Kecuali..... Wabah Covid-19 terus saja memburuk di sana. Kecuali.... Hasil jajak pendapat terus saja menyebutkan dukungan pada Trump menurun. (Dahlan Iskan)



Sumber: cnbc Indonesia

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Nisa Muslimah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X