Begini Kementar Dahlan Iskan soal Perang Konsulat AS-China, Siapa yang Lebih Rugi?

photo author
- Minggu, 26 Juli 2020 | 09:58 WIB
IMG_20200726_095337
IMG_20200726_095337



Chengdu adalah kota terbesar di wilayah barat Tiongkok. Bertetangga dengan Tibet. Semua penerbangan ke Lhasa, ibu kota Tibet, transit di Chengdu. Demikian juga semua kereta cepat dan lambat.




Penutupan Konsulat Tiongkok di Houston itu memang dramatik. Mungkin agar menarik perhatian. Amerika hanya memberi waktu 72 jam. Harus sudah tutup. Tentu kepanikan terjadi. Terutama bagaimana harus membuang barang-barang yang tidak perlu diangkut ke tempat lain. Maka terlihatlah ada asap membumbung dari dalam gedung konsulat itu.




Polisi Houston pun ke gedung itu. Demikian juga pemadam kebakaran.




Dari luar tercium bau kertas terbakar. Maka kesimpulan yang diambil: konsulat itu membakar dokumen-dokumen rahasia. Sebelum gedung itu dikosongkan. "Itu standar internasional biasa," ujar Konsul Tiongkok di Houston kepada media di sana. "Itu terjadi di mana-mana. Kedutaan negara mana pun membakar dokumen yang tidak penting, yang tidak perlu diselamatkan," tambahnya.




Untuk sementara berita penutupan konsulat ini bisa menjadi topik penting di Amerika. Bisa mengalihkan perhatian dari penanganan Covid-19 yang kedodoran di sana. Tapi hanya dua hari. Habis itu soal Covid-19 ramai lagi. Tiap hari penderita baru masih terus bertambah - di atas 50.000/hari.




Penting mana konsulat Tiongkok di Houston dan konsulat Amerika di Chengdu?




Rasanya seimbang. Hanya beda misi. Tiongkok memiliki konsulat di Houston untuk kepentingan ekonomi. Houston adalah 'ibu kota' minyak-nya Amerika.




Sebaliknya Amerika, memiliki konsulat di Chengdu untuk kepentingan politik: dekat dengan Tibet. Amerika sangat membela Dalai Lama, tokoh utama Tibet yang anti-Tiongkok.




Konsulat Chengdu juga pernah menjadi berita dunia. Yakni tahun 2012 lalu. Saat itu kepala polisi Chongqing minta perlindungan di konsulat itu. Selama 30 jam.




Chongqing, dulunya memang masuk provinsi Sichuan. Belakangan kota Chongqing dijadikan kota khusus langsung di bawah pusat - seperti Shanghai dan Tianjin. Tujuannya: untuk mempercepat pembangunan wilayah pedalaman. Kini Chongqing, kota nun di pedalaman ini, menjadi kota metropolitan yang lebih besar dari Jakarta.




Kepala polisi itu, Wang Lijun, dianggap hopingan dengan Bo Xilai yang terkenal itu. Bo Xilai adalah Gubernur Chongqing. Ia tokoh muda yang diramal bisa menjadi salah satu presiden Tiongkok.




Bo Xilai ditangkap. Tuduhannya: korupsi besar-besaran di Chongqing. Berkomplot pula dengan kepala polisi Wang Lijun. Sulit dibongkar. Setiap penyelidikan selalu mental.




Maka ketika Bo Xilai akhirnya ditangkap hebohnya ke seluruh dunia. Orang kuat itu tumbang.




Bo Xilai dijatuhi hukuman mati. Demikian juga istrinya. Belakangan hukuman itu menjadi seumur hidup. Wang Lijun lari ke konsulat Amerika di Chengdu. Tapi 30 jam kemudian menyerahkan diri ke polisi. Wang dijatuhi hukuman seumur hidup. Kini kasus Bo Xilai tidak terdengar lagi.




Belakangan, Amerika juga sudah kurang memperhatikan Tibet lagi. Amerika seperti lelah membela Tibet. Apalagi Tiongkok memang dengan nyata membangun dan memakmurkan Tibet. Salah satunya dengan membangun rel kereta cepat ke Lhasa. Yang semula bisa dianggap mustahil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Nisa Muslimah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X