Sementara Lucci Riadi dari George’s University of London dan Mateo Bollogna dari Sapiensa University of Rome meneliti senyum itu berbasis survei opini publik. Dari opini publik juga terbaca, ada suasana kebahagian yang nampak. Tapi juga ada suasana getir dan sedih.
Tak heran senyum Monalisa menjadi abadi. Ia dilahirkan dari tangan pelukis yang secara mendalam terlebih dahulu melakukan studi suasana hati dan efeknya pada wajah.
-000-
Para ahli berdebat banyak hal tentang Leonardo da Vinci. Namun, semua sepakat, aneka karya Leonardo menggambarkan keluasan dan kedalaman imajinasi seorang jenius. Ia mengkombinasikan visi seorang seniman dan ilmuwan sekaligus.
Mereka juga sepakat betapa panjang dan detail Leonardo melakukan riset sebelum final menuntaskan sebuah lukisan. Betapa karya itu tak hanya anak batin sang kreator tapi juga formula ilmu dari riset.
Sungguh pun demikian, Leonardo memiliki pandangan yang berbeda atas semua karyanya. Ia tetap tak puas dengan aneka karya itu.
Berbaring dalam kondisi lemah, beberapa saat sebelum wafat, ia menyatakan ekspresi hati terdalam. Ujar Leonardo: “Saya merasa melukai Tuhan dan umat manusia. Karya yang saya buat tak sebagus yang seharusnya.”
Lama saya merenungkan alam berpikir sang jenius tiada tara ini. Banyak ahli memuji begitu dalam dan detailnya riset yang ia buat sebelum melukis, dan bagusnya karya lukis itu. Tapi, Ia merasa karyanya begitu banyak kekurangan.