Itulah malam ketika Yesus (Nabi Isa) makan malam (supper) terakhir dengan 12 murid. Yesus menyatakan satu dari murid akan menghianatinya.
Dalam lukisan itu, Yesus berdiri di tengah dengan tangan terbuka. Sebanyak 12 murid mendengar pernyataan Yesus dan memberikan reaksi yang berbeda. Mulai dari bahasa tubuh hingga ekspresi wajah menggambarkan watak masing masing murid.
Analisa itu menyatakan, Leonardo mempelajari khusus watak masing masing murid itu. Ia terjemahkan watak masing masing dalam bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang berbeda, sesuai dengan watak masing masing.
Kompleksitas yang sama nampak dalam lukisan masterpiece Leonardo lainnya: Monalisa. Mengapa senyum Monalisa dianggap sangat berbeda dengan umumnya lukisan biasa?
Leonardo secara khusus membuat dahulu puluhan sketsa tentang senyum manusia. Ia pelajari lekuk ke atas senyum itu berdasarkan suasana hati, dan anatomi otot mulut. Mereka yang sangat detail dengan ekspresi wajah, mencoba menganalisis arti senyum itu.
Tiga universitas melakukan studi khusus dengan dua metode yang berbeda. Luca Marcili memimpin tim dari UC Colege of Medicine mempejari senyum itu dari pendekatan Neurologi. Walau dari sisi kiri, senyum Monalisa menunjukkan ekspresi bahagia, namun secara keseluruhan, senyum itu menunjukkan kepura-puraan.
Menurut studi itu, lukisan Monalisa itu kisah wanita ningrat abad 16 yang ingin mengesankan diri bahagia. Tapi sebenarnya ia tidak bahagia. Leonardo sengaja menampilkam suasana hati yang pura-pura itu.