Klikanggaran.com-- Ketika sedang memesan makanan di salah satu restoran di Makkah, saya dipanggil oleh wanita baya yang dari wajahnya berasal dari Arab Saudi.
“Haji! Haji!” sambil memmanggil saya. Saya pun menghampiri wanita baya tersebut.
Dia terus saja menggunakan kata “haji” kepada saya sambil memberikan beberapa kotak nasi yang dipesan oleh saya. “Free for you!” kata pramusaji di restoran tersebut. Ternyata wanita baya itu memberika secara gratis beberapa kotak nasi kepada saya. Saya pun tersenyum dan mengucapkan ‘thank you’ pada wanita baya itu.
Sambil makan nasi tersebut, saya pun ingat ketika di Masjidil Haram pun, wanita-wanita bercadar itu memanggil kami yang bermuka asia dengan sebutan haji.
Baca Juga: XL dan Telkomsel Ditunjuk Pemerintah Sediakan Layanan 4G di Wilayah Tertinggal, Terluar dan Terdepan (3T)
Sepulang umroh, teman saya tiba-tiba menyapaku dengan “Assalamualikum ibu hajjah Ratih?” kikuk dan bingung dengan gelar itu. Bukannya tidak suka dengan gelar itu tapi terasa berat didengar dan saya merasa bahwa saya masih jauh dari baik.
Dulu nenek saya pernah bercerita ketika nenek dan kakek saya berhaji.
Pada tahun 80-an, melakukan rukun islam yang kelima itu sangat sulit walau pun mampu secara materi. Kakek dan nenek saya adalalah orang pertama di kampung yang berani untuk berhaji.
Prosedur yang rumit karena pemerintah Indonesia masih mengganggap orang yang pulang dari ibadah haji terpengaruh ideologinya. Bukan hanya itu, mitos yang didapatkan membuat orang Indonesia enggan berhaji. Takut kena azablah, takut matilah, dan takut dengan orang-orang jahat di sana. Maka mental pun harus siap untuk melakukan rukun islam tersebut.
Baca Juga: Presiden Joko Widodo “basah-asahan” karena “Nyemplung” saat Tanam Mangrove di Batam
Pada waktu itu, nenek dan kakek saya sudah menggunakan pesawat.
Mungkin angkatan-angkatan sebelumnya masih menggunakan kapal laut seperti di novelnya Rindu karya Tere Liye.
Gelar haji atau hajjah memang patut diberikan pada zaman itu.
Gelar tersebut adalah bentuk apresiasi bagi mereka yang sungguh-sungguh melakukan ibadah haji.
Proses yang luar biasa yang mereka lalui dari mulai persiapan hingga mereka kembali ke tanah air. Ingat cerita nenek dan kakek saya (saya belum lahir pada waktu itu) oleh-oleh yang dibawa itu sangat luar biasa.
Artikel Terkait
BNI Syariah Gelar Webinar Pra Manasik Haji Bersama BPKH dan Kemenag
Desakan Audit Dana Haji Buntut Nyinyiran Donasi Palestina UAH
BPKH Kelola 143,1 Triliun Dana Haji Yang Dibatalkan, Ini Kata Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni
Luar Biasa, H. Mukhtar Hibahkan Tanah untuk Balai Desa Ladang Peris, Bikin Terharu Pak Haji Ini
Ke Manakah Dana Diseminasi Haji Tahun 2021 Sebanyak 21 M, Dapatkah Menag Memberi Penjelasan?
Jurus Haji Lulung Main Klaim Bikin DPW PPP DKI Jakarta Mengancam Gugat DPP Ke Mahkamah Partai