Baca Juga: Rambut Rontok? Tak Perlu Bingung, Anda Bisa Coba Cara Ini
Jadi, ya, ada saja penulis yang tidak terima karyanya dikritik. Bentuk reaksinya berbeda-beda. Ada yang lalu mengoceh di Twitter, semacam playing victim, lalu cari simpati penggemar. Ada yang bikin pos puaaanjang banget di Facebook, semacam menjelaskan bahwa sebuah karya adalah hasil pemikiran satu pribadi, tunggal, tidak jamak. Bisa jadi karena ia belum paham bahwa pengetahuan yang ada di otak kita adalah hasil pencampuran dari sekian banyak sumber, meskipun hulunya hanya satu. Maksudnya, kita tentu tidak begitu saja memiliki wawasan soal negara Prancis atau Zimbabwe atau Kanada atau New Zealand jika tidak mencari tahu. Mengapa? Sebab, kita tidak hidup di negara-negara itu. Kita tidak menjalani kehidupan mereka dengan segala tetek-bengeknya.
Nah, jadi panjang betulan artikel ini.
Intinya, bijaklah menghadapi kritikan. Lebih baik tidak bereaksi berlebihan. Amati dari jauh, apakah kritikan tersebut melukai ego Anda? Jika iya, mungkin Anda perlu mengambil napas panjang lebih sering lagi. Bernapas dengan baik dan benar akan membuat tubuh Anda rileks. Dengan begitu, pikiran Anda juga lebih jernih untuk mencerna segala yang hadir.
So, masih mau dikenal sebagai manusia baperan? Sini, saya tiup dulu ubun-ubunnya.
Artikel Terkait
LIRA Kritik Pedas atas Hasil MCP KPK ke Pemkot Tebing Tinggi
LIRA Kritik Keras Kemenkeu atas Penyaluran Dana PEN ke BPD Sumut
DPR Kritik Pertamina Soal Salurkan BBM, Pengamat: Dia Sesat Berpikir
PKS Kritik Wacana Pemerintah Kenakan Pajak Sembako dan Pendidikan
Rizal Ramli Kritik Pedas Anggaran Buzzer dan Influencer yang Mencapai Rp1,29 Triliun