opini

Ada Apa Cak Ipul, Kenapa Belum Move on Sih?

Senin, 22 April 2024 | 14:21 WIB
Hans Garut (Istimewa)

KLIKANGGARAN -- Dua minggu terakhir ada yang menarik di media Online, yaitu Cak Ipul atau Saifullah Yusuf bicara secara massif tentang PKB. Bahkan, diposting secara berseri. Ada apa, Cak Ipul?

Kalau dari materi yang disampaikan, tampaknya ada ‘gawe besar’. Karena ini masih bulan Syawal kita Husnudhonnya saja, mungkin sedang menebus dosa, karena selama ini tidak pernah berkontribusi bagi kebesaran PKB.

Perasaan dosa itulah yang mendorong dia bersemangat menyampaikan pikiran-pikiran reformatif. Harapannya agar dosa-dosa yang selama ini dia perbuat segera dimaafkan oleh orang-orang NU yang selama ini bekerja keras membesarkan PKB.

Sebagai catatan saja, beberapa perilaku Cak Ipul selama bersentuhan dengan PKB. Setelah terpilih menjadi Sekjen PKB di MLB Yogyakarta tahun 2002, bermanuver dengan mendekati kekuasaan baik Presiden Megawati dan berlanjut ke periode pertama Presiden SBY, sampai akhirnya dipecat Gus Dur dari jabatan Sekjen PKB.

Kemudian dia melakukan perlawanan yang berujung perpecahan yang melembaga. Lahirnya partai baru pecahan PKB yang bernama PKNU, adalah buah dan kelanjutan sikap Cak Ipul yang memprovokasi para kiai sepuh sehingga mereka mufarroqoh dengan PKB.

Saifullah Yusuf memang tidak masuk dalam jajaran kepengurusan PKNU, itu semata-mata karena kalah sigap dengan Almarhum Choirul Anam yang memang lebih memiliki kecakapan berorganisasi dan berpolitik.

Cak Ipul memang dikenal dalam kemampuan dalam lobby atau bahasa pasarnya Makelar jabatan, meskipun akhirnya hanya sebatas memprovokasi dan merusak (ngobrak-abrik) persatuan di kalangan warga nahdliyin.

Setelah gagal memimpin PKNU dia loncat menempel SBY lagi sehingga bisa menjadi Wagub Jatim berpasangan dengan Sukarwo mengalahkan Chofifah. Peristiwa Pilgub Jatim tiga kali, antara Cak Ipul dan Chofifah sama-sama mendapatkan berkah dukungan dari PKB secara bergantian.

Pada Pilgub ketiga Cak Ipul maju sebagai Cagub Jatim diusung oleh PKB melawan Chofifah. Cak Ipul dikalahkan oleh Chofifah. Selanjutnya Cak Ipul yang memang berdarah pengejar jabatan, maju menjadi Wali kota Pasuruan diusung oleh PKB dan menang.

Dari berbabagai peristiwa ini kita faham, bahwa Memang Cak Ipul termasuk manusia langka di Indonesia. Umumnya kader politik meniti karir dari bawah ke atas. Kalau Cak Ipul berbeda, karir politiknya dari atas ke bawah. Setelah dipecat dari menteri dia berkarir turun menjadi Wagub Jatim. Setelah kalah Pilgub turun lagi meraih karir di bawahnya menjadi Walikota.

Apa itu salah ? Tidak. Hanya saja, menunjukkan perilakunya tidak umum.

Sebagai pengumpul Jabatan, sebenarnya ada satu kekurangan Cak Ipul. Satu saja yaitu tidak mau ngurus jabatan yang sudah diperolehnya itu. Sebagai contoh, belum tuntas Jabatan Walikota, dia sudah berburu karir dan menjadi Sekretaris Jenderal PBNU dan berkantor di Jakarta lagi.

Tidak mengherankan kalo ngantor ke PBNU, menyesuaikan dengan kemauannya. Padahal, jabatan sekjen organisasi seperti PBNU harusnya berperan seperti direktur operasional yang harus mengendalikan day to day roda organisasi.

Peristiwa Cak Ipul, sering menkritisi PKB bisa saja dikaitkan dengan hal ini. Mungkin tanggung jawab sebagai Walikota tidak bisa dijalankan secara maksimal, sehingga dia merasa berdosa kepada PKB sebagai partai pengusungnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB