Pendahuluan
Air minum yang layak adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir ini, pandangan bahwa air minum yang layak juga merupakan hak asasi manusia (HAM) semakin mendapatkan dukungan kuat dari berbagai pihak, termasuk organisasi internasional, pemerintah, dan masyarakat sipil. Pertanyaan penting yang muncul adalah: apakah akses terhadap air minum yang layak seharusnya dianggap hanya sebagai kebutuhan dasar, atau sebagai hak asasi yang harus dijamin untuk setiap individu? apa tantangan dan peluang yang akan kita bahas pada artikel ini?
Kebutuhan Dasar Manusia
Air adalah elemen esensial bagi kehidupan. Tubuh manusia terdiri dari sekitar 60% air, dan kita membutuhkan air untuk berbagai fungsi vital, termasuk pencernaan, pengaturan suhu tubuh, dan pengeluaran zat-zat sisa. Tanpa air yang layak, risiko kesehatan meningkat secara signifikan, termasuk penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare, kolera, dan disentri, hal ini mengingatkan kita pada kalimat yang diviralkan oleh Direktur Utama Perumda Tirta Pase, Imran, ST, dengan tagline “Air Sehat Untuk Generasi Yang Sehat”, hal ini sangat relevan dengan kebutuhan dasar manusia dan terus konsisten dalam kampanye tersebut, untuk menjadi fondasi pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) kedepannya.
Kebutuhan dasar ini menekankan pentingnya ketersediaan air minum yang aman dan bersih untuk semua orang. Dalam konteks ini, air dipandang sebagai komoditas esensial yang harus disediakan oleh pemerintah dan lembaga terkait untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Hak Asasi Manusia
Di sisi lain, air minum yang layak telah diakui sebagai hak asasi manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2010. Resolusi PBB menyatakan bahwa "hak atas air minum yang aman dan bersih serta sanitasi adalah hak asasi manusia yang esensial untuk menikmati hidup sepenuhnya dan semua hak asasi manusia lainnya." Pengakuan ini menempatkan tanggung jawab pada negara dan pemerintah untuk memastikan setiap individu memiliki akses terhadap air yang aman, terjangkau, dan dapat diakses secara berkelanjutan.
Tantangan dalam Mewujudkan Akses Air Minum yang Layak
Meski telah diakui sebagai hak asasi, masih banyak tantangan dalam mewujudkan akses air minum yang layak bagi semua orang. Beberapa di antaranya termasuk Infrastruktur yang masih kurang memadai, banyak negara berkembang masih mengalami keterbatasan infrastruktur untuk distribusi air bersih, terutama di daerah pedesaan dan permukiman informal. Selanjutnya air masih dominan terkontaminasi dan polusi, yang diakibatkan pencemaran air dari limbah industri, pertanian, dan domestik, hal ini merupakan masalah serius yang mengancam kualitas air minum. Berikutnya ada kesenjangan sosial dan ekonomi yang mengakibatkan akses air seringkali tidak merata, dengan kelompok miskin dan terpencil mengalami kesulitan lebih besar dalam mendapatkan air bersih, hal ini bis akita atasi dengan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Non-Perpipaan. Tantangan yang terakhir pada perubahan iklim yang memperburuk ketersediaan air melalui perubahan pola curah hujan, kemarau dan peningkatan frekuensi bencana alam.
Peluang untuk Memperbaiki Akses Air Minum
Meskipun tantangannya besar, kita Bersama harus optimis dalam melihat tantangan diatas, ada berbagai peluang untuk memperbaiki akses air minum yang layak, di antaranya perlu adanya fokus pada inovasi teknologi, dengan teknologi seperti pemanenan air hujan, desalinasi, dan sistem filtrasi portabel dapat membantu menyediakan air bersih di wilayah yang sulit dijangkau. Selanjutnya perlu kita tingkatkan kemitraan publik dengan swasta, kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dapat meningkatkan investasi dalam infrastruktur air dan inovasi. Kebijakan yang progresif juga perlu diinisiasi dengan implementasi kebijakan yang memastikan akses air sebagai hak asasi, serta regulasi yang ketat terhadap pencemaran air, dapat membantu menjamin ketersediaan air bersih. Peluang yang terakhir pada pendidikan dan kesadaran masyarakat, dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi air dan cara-cara menjaga kebersihan sumber air dapat memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kualitas air, hal ini harus terus dan senantiasa berkelanjutan untuk dikampanyekan pada semua sektor.
Artikel Selanjutnya
Menjadikan Kakao “Endemik” di Kabupaten Luwu Utara
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Artikel Terkait
Menjadikan Kakao “Endemik” di Kabupaten Luwu Utara
Sinopsis Red Swan Episode 7: Do Yoo dan Wan Soo Masih dalam Ancaman, Do Yoo Kembali Melindungi Wan Soo yang Hampir Terbunuh, Itu Ulah Tuan Han!
Sinopsis Red Swan Episode 8: Ketegangan Semakin Terlihat di Keluarga Hwain, Puluhan Triliunan Diwariskan Kepada Yayasan Now, Oh Wan Soo
Dinas PMD Usulkan 6 Desa di Luwu Utara Ikut Lomba Desa Wisata Nusantara 2024
Sambut Pesta Demokrasi Pilkada 2024, PMII UNJ Tingkatkan Wawasan Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Harmonisasi Ranperbup Peta Jalan Kakao Lestari, Langkah Maju Pengembangan Kakao di Luwu Utara
Prediksi Mengerikan dari Donald Trump: Kamala Haris Menang maka Perang Besar di Timur Tengah dan Mungkin Perang Dunia III Akan Meletus
G-20 Gagal Menyepakati Pajak 3.000 Orang Terkaya di Dunia sebab Ditentang Amerika Serikat
Olivia Lahirkan Puteri Pertamanya, Detik-detik Persalinan Dibagikan Denny Sumargo
Diselamatkan Bel di Pengujung Ronde Pamungkas, Belal Muhammad Juara Baru Kelas Welter UFC 304