Pupuk yang langka dan mahal juga menjadi alasan mengapa semakin menurunnya minat menjadi petani. Bahan baku pupuk kimia adalah fosfor. Selama ini, pemerintah mengimpor fosfor dari Ukraina.
Sejak Ukraina bergejolak 11 tahun terakhir, harga fosfor pun meroket naik. Ditambah dengan diinvasi oleh Rusia, maka pemerintah cukup kesulitan untuk mendapatkan fosfor. Pemerintah pun mencari alternatif lain, dengan mengimpor fosfor dari Maroko dan negara lainya. Namun, kualitas fosfor dari negara-negara lain tidak sebagus Ukraina.
Pemerintah perlu menambah biaya riset di bidang pertanian, agar dapat memelihara, dan melahirkan inovasi pupuk jangka panjang yang tidak merusak kesuburan tanah dan menhasilkan panen yang melimpah. Melalui riset tersebut diharapkan pemerintah dapat meningkatkan swasembada pupuk.
Ada beberapa solusi yang Perlu disikapi oleh pemerintah. Pertama, dengan mengubah arah pendidikan agar tidak industri sentris lagi. Kurikulum yang diajarkan selama ini hanya mencetak siswa untuk bermetal tukang.
Kemudian, diturunkan oleh lembaga pendidikan dengan membuat visi misi dan profil lulusan yang menginspirasi peserta didik dalam profesi tertentu.
Selama ini, didikan orang tua yang mengarahkan anaknya bekerja di sektor selain pertanian dan nonhumaniora didukung oleh kurikulum yang industri sentris. Ini mengakibatkan profesi sebagai petani dianggap sebelah mata dan akhirnya ditinggalkan oleh kaum muda.
Lulusan pertanian juga enggan menjadi petani karena bekerja di bidang non petani lebih menjajikan untuk menjalani hidup yang stabil dan layak.
Perlu adanya pembaruan pada kurikulum yang menginspirasi siswa dan mendidiknya menjadi manusia merdeka tanpa harus menjadi robot industri. Leluhur kita mengajarkan bahwa dengan berburu mereka dapat mekan.
Lalu dengan bercocok tanam mereka dapat memproduksi makanan. Di era modern ini seharusnya ada pembagian pencaharian, ada yang dicetak untuk sektor pengambil kebijakan, ada yang dicetak untuk bekarja di sektor industri dan ada juga yang dicetak di sektor administrasi.
Kedua, memetakan kembali rencana pembangunan nasional dan daerah yang ramah lingkungan. Kemajuan suatu negara salah satunya dilihat dari perkembangan pembangunannya. Namun, dalam membangun juga harus mempertimbangkan dampak pada lingkungan.
Perlu adanya penataan ulang di setiap daerah. Sehingga penataan lebih teratur dengan adanya daerah khusus untuk pemukiman, daerah khusus untuk industri, daerah khusus untuk kantor pemerintahan, dan daerah khusus untuk lahan pertanian.
Dengan pembagian yang merata dan teratur dengan baik maka akan menghasilkan output yang berkualitas pada masing-masing sektor yang ada. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup baik pekerja industri, kantor maupun yang berprofesi sebagai petani.
Penulis:
Nurfatayati – Mahasiswi Pendidikan Ekonomi Universitas Pamulang
Artikel Terkait
Ketua DPRD Kabupaten Batang Hari Anita Yasmin, Ingatkan Anggotanya Tetap Aktif Menjalankan Tugas
Pelindo Lakukan Penyegaran Pengurus Pada Empat Subholding
Seolah Saling Berbalas, Giliran Kartika Putri Tertawakan Dokter Richard Lee Saat Ditangkap Polisi: Diseret- seret Istrinya Nangis- nangis
Jelang Ramadan, Pemda Lutra Genjot Penarikan Retribusi Sektor Pariwisata
Sinopsis Doctor Slump Episode 12: Titik Terang Pelaku Kecelakaan Medis Jeong-woo Mulai Terlihat namun Park Shin Hye Mengalami Kecelakaan Hebat
Bupati MFA Sebut Metode GASING Sebuah Inovasi Unggulan Terbaru untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan
Karemuddin Apresiasi Pelatihan Pengelolaan Biji Kakao di Kalangan Disabilitas, Siap Fasilitasi Modal Usaha
Satu dari Tiga Korban Hanyut di Sungai Cisanggarung, Brebes Ditemukan
Terjatuh dari Perahu, Nelayan Cilacap Hilang di Dermaga Sodong Nusakambangan
Innalillahi, Solihin GP Mantan Gubernur Jabar Dikabarkan Meninggal Dunia