KLIKANGGARAN-- John Horgan, dalam The End of Science: Facing the Limits of Knowledge in the Twilight of the Scientific Era, menyatakan kepesemistisannya akan "tidak ada lagi kemajuan besar yang revolusioner yang akan dicapai oleh ilmu pengetahuan." Tidak akan ada lagi teori yang benar-benar, seperti halnya temuan Isaac Newton atau Albert Einstein.
Apa yang menyebabkan "keberakhiran" ilmu pengetahuan itu? Pertama, kata Horgan, ada batasan manusia terhadap alam semesta sebab beberapa alam semesta terlalu kompleks dari kapasitas pemahaman manusia. Selain itu, menurut Horgan, sebagai alasan kedua adalah adanya metode dan instrumen yang digunakan dalan penitian ilmiah. Akibatnya, tidak akan dihasilkan teori baru yang spektakuler.
Sementara alasannya ketiganya, Horgan menyoroti adanya isu sosial politik yang bisa berpengaruh pada ilmu pengetahuan. Bahkan, isu sosial politik, seperti persaingan, komersialisasi, dan kepentingan politik, akan bisa menghambat dan objektivitas dalam riset.
Kekhawatiran Horgan itu pun bisa tecermin juga dalam kajian bahasa, terutama kajian terkait analisis unsur atau elemen bahasa, seperti bentukan kata dan per-kalimat-an.
Dalam ruang-ruang kelas pembelajaran bahasa kita, secara umum, dikenal dua teori atau pendekatan yang diajarkan dalam analisis bahasa, yaitu pendekatan struktural yang diajarkan sejak 1970-an hingga 2012 dan pendekatan fungsional yang mulai diperkenalkan di bangku sekolah seiring diberlakukannya Kurikulum 2013.
Pendekatan struktural biasanya dikaitkan dengan Noam Chomsky dengan teori transformasional generatifnya. Pemikiran Chomsky berkenaan dengan struktur bahasa dan asumsi bahwa manusia memiliki struktur bawaan untuk belajar bahasa. Martin (1992) menegaskan bahwa pendekatan struktural Chomsky sebagai pendekatan formalisme yang menekankan pentingnya kaidah-kaidah standar dalam bahasa.
Pendekatan fungsional, lengkapnya sistemic functional linguistic, dikembangkan oleh Michael Halliday. Pendekatan ini berfokus pada fungsi bahasa dalam komunikasi dan bagaimana bahasa digunakan dalam konteks sosial budaya. Selain itu, pendekatan ini menekankan analisis tata bahasa dalan hubungannya dengan makna dan tujuan komunikasi.
Seperti kecemasannya Horgan, saya pun mencemaskan akankah ada teori atau pendekatan baru dalam analisis tata bahasa? Saya sangat pesimistis akan lahir teori baru, tidak akan ada lagi "temuan mendasar revolusioner" dalam kajian tata bahasa, yang mungkin terjadi "tambahan-tambahan" saja atas dua pendekatan tersebut.
Tamsela, 24 Desember 2023.
Mang_Insan
Artikel Terkait
Agama dan Politik: Antara Komoditas dan Oportunisme
Awal Desember 2023 Sudahkah Anda Melangitkan Doa?
Pengkafiran dan Romantisme: Penyebab Kemandekan Sains di Dunia IsIam
Menelusuri Kearifan Lokal Suku di Pulau Nias dalam Novel Manusia Langit Karya J. A. Sonjaya
Alih Wahana Film Gita Cinta dari SMA : Apakah Masih Sama Dengan Yang Dulu?
Mengenal Sosiologi Sastra dalam Karya Sastra
Maafkan Gibran Masih ingusan! Baru Debat Capres Pertama Sudah Ditegur KPU
Menjaga Demokrasi Tetap Sehat
Retorika Sebagai Dasar Mengukur Kecerdasan Calon Pemimpin Negara
Kenali Level Emosi Negatif Dalam Diri! Kamu Lagi di Tahap Apa Nih?