Retorika Sebagai Dasar Mengukur Kecerdasan Calon Pemimpin Negara

photo author
- Selasa, 19 Desember 2023 | 23:20 WIB
Ilustrasi (-)
Ilustrasi (-)


KLIKANGGARAN --Mengapa Harus Belajar Retorika?

Saat ini masyarakat sering menyebut-nyebut kata retorika. Hal itu lantaran ada salah satu calon Presiden yang mahir dalam menyusun kata dan memilih kosa kata. Ya, boleh dibilang itu kemampuan seseorang dalam ilmu retorika.

Setiap manusia yang lahir dibekali oleh Tuhan kemampuan berkomunikasi. Sejak lahir manusia sudah berkomunikasi dengan cara menangis saat bayi, selanjutnya kemampuan berkomunikasinya semakin meningkat seiring dengan waktu. Sebagian besar komunikasi yang dilakukan oleh manusia berupa komunikasi secara lisan, salah satunya dengan retorika.

Lantas apa itu retorika?

Retorika berasal dari bahasa Inggris rhetoric dan bersumber dari bahasa Latin rhetorica yang berarti ilmu berbicara. Retorika sebagai ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.

Baca Juga: Kabar Transfer Pemain Liga Inggris, Manchaster United Lagi Butuh Dana, Obral Pemain ke Klub Arab Saudi, Donny Van de Beek ke Bundesliga

Rasional berarti apa yang disampaikan oleh seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi oleh panca indera. Umum artinya kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasikan karena memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan ilmu yang mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum.

Penyampaian pesan dalam komunikasi harus didukung oleh penalaran yang benar agar pesan yang disampaikan mempunyai kekuatan atau landasan. Ini merupakan syarat yang sejak awal diperingatkan oleh Aristoteles bahwa retorika bukan sekadar permainan kata-kata atau permainan bahasa.

Dengan penalaran yang benar, pengirim pesan diharapkan menggunakan argumen-argumen yang logis dalam mempersuasi pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, maka pengirim pesan atau pemakai retorika dapat menggunakan induksi, deduksi, silogisme, entimem, atau menunjukkan contoh-contoh. Karena itu, dalam retorika terkandung dua hal, yakni alasan-alasan dan karakter komunikator.

Baca Juga: Marshanda Akui 3 Hal dari Vicky Prasetyo yang Dirinya Kagumi

Alasan-alasan merupakan bukti yang digunakan dasar persuasi, dan karakter merupakan penanda psikologis apakah penyampai pesan berbohong atau jujur. Jika tidak ditunjang oleh pengetahuan yang memadai, maka pengirim pesan bisa menjadi tukang bual.

Seorang pembicara harus memahami benar tentang apa yang ingin disampaikan. Untuk itu, ia harus memiliki pengetahuan yang luas terhadap hal yang ingin disampaikan. Selain itu, Ia harus mempunyai fakta-fakta yang relevan tentang apa yang hendak disampaikan, dan memiliki ide atau gagasan yang jelas tentang bagaimana menyampaikan kepada pendengarnya. Ini berarti, komunikator harus menguasai benar tentang materi dan strategi penyampaian.

Baca Juga: Marvel Studios Pecat Jonathan Majors, Bintang Ant-Man And The Wasp: Quantumania dan Loki, Divonis Bersalah Lakukan Penyerangan dan Pelecehan

Bagaimana jika seseorang tidak memiliki kemampuan retorika yang baik?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X