KLIKANGGARAN --Mengapa Harus Belajar Retorika?
Saat ini masyarakat sering menyebut-nyebut kata retorika. Hal itu lantaran ada salah satu calon Presiden yang mahir dalam menyusun kata dan memilih kosa kata. Ya, boleh dibilang itu kemampuan seseorang dalam ilmu retorika.
Setiap manusia yang lahir dibekali oleh Tuhan kemampuan berkomunikasi. Sejak lahir manusia sudah berkomunikasi dengan cara menangis saat bayi, selanjutnya kemampuan berkomunikasinya semakin meningkat seiring dengan waktu. Sebagian besar komunikasi yang dilakukan oleh manusia berupa komunikasi secara lisan, salah satunya dengan retorika.
Lantas apa itu retorika?
Retorika berasal dari bahasa Inggris rhetoric dan bersumber dari bahasa Latin rhetorica yang berarti ilmu berbicara. Retorika sebagai ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.
Rasional berarti apa yang disampaikan oleh seorang pembicara harus tersusun secara sistematis dan logis. Empiris berarti menyajikan fakta-fakta yang dapat diverifikasi oleh panca indera. Umum artinya kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia dan tidak dirahasikan karena memiliki nilai sosial. Akumulatif merupakan ilmu yang mengatakan retorika sebagai public speaking atau berbicara di depan umum.
Penyampaian pesan dalam komunikasi harus didukung oleh penalaran yang benar agar pesan yang disampaikan mempunyai kekuatan atau landasan. Ini merupakan syarat yang sejak awal diperingatkan oleh Aristoteles bahwa retorika bukan sekadar permainan kata-kata atau permainan bahasa.
Dengan penalaran yang benar, pengirim pesan diharapkan menggunakan argumen-argumen yang logis dalam mempersuasi pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, maka pengirim pesan atau pemakai retorika dapat menggunakan induksi, deduksi, silogisme, entimem, atau menunjukkan contoh-contoh. Karena itu, dalam retorika terkandung dua hal, yakni alasan-alasan dan karakter komunikator.
Baca Juga: Marshanda Akui 3 Hal dari Vicky Prasetyo yang Dirinya Kagumi
Alasan-alasan merupakan bukti yang digunakan dasar persuasi, dan karakter merupakan penanda psikologis apakah penyampai pesan berbohong atau jujur. Jika tidak ditunjang oleh pengetahuan yang memadai, maka pengirim pesan bisa menjadi tukang bual.
Seorang pembicara harus memahami benar tentang apa yang ingin disampaikan. Untuk itu, ia harus memiliki pengetahuan yang luas terhadap hal yang ingin disampaikan. Selain itu, Ia harus mempunyai fakta-fakta yang relevan tentang apa yang hendak disampaikan, dan memiliki ide atau gagasan yang jelas tentang bagaimana menyampaikan kepada pendengarnya. Ini berarti, komunikator harus menguasai benar tentang materi dan strategi penyampaian.
Bagaimana jika seseorang tidak memiliki kemampuan retorika yang baik?
Artikel Terkait
Alih Wahana Film Gita Cinta dari SMA : Apakah Masih Sama Dengan Yang Dulu?
Mengenal Sosiologi Sastra dalam Karya Sastra
Maafkan Gibran Masih ingusan! Baru Debat Capres Pertama Sudah Ditegur KPU
Menjaga Demokrasi Tetap Sehat