Baca Juga: Apa Alasan Menteri Agama Keluarkan Peraturan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala?
Karena alasan Letkol Soeharto dianggap masuk akal itulah, sehingga Sultan yang saat itu sebagai menteri pertahanan sekaligus orang yang diberi mandat oleh Presiden Sukarno sebagai pemimpin utama di Yogyakarta dengan legowo menurut permintaan Letkol Soeharto dengan tidak adanya upacara resmi peristiwa Jogja Kembali.
Karena pentingnya kedua tokoh itulah Lilik sangat setuju apabila dalam pengusulan SU 1 Maret 1949 sebagai hari nasional tanpa mengkultus individukan seorang tokoh, tandas Lilik.
Chaterina Ety, mengatakan bahwa keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan peristiwa yang sangat penting bagi tercapainya pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia.
Dalam serangan itu harga diri bangsa yang pernah dijajah bertahun-tahun oleh Barat tegak kembali. Selama ini setelah agresi belanda II itu, Belanda berkoar-koar di dunia internasional bahwa Indonesia sudah habis, sudah dihapuskan dari peta sehingga tidak mungkin akan bangkit kembali.
Apalagi para pemimpinnya sudah ditangkap dan diasingkan yang jauh dari orang-orang yang dipimpinnya, ungkap Rina.
Belanda menjadi terpukul di dunia internasional karena ternyata serangan-serangan gerilyawan setelah agresi Belanda II itu begitu merepotkan tentara Belanda.
Baca Juga: Dalang Ki Warseno Hajar Karakter Wayang Mirip UKB, Warganet Ramai Hujat Gus Miftah
Memang sebelum serangan 1 Maret TNI beserta rakyat telah melancarkan serangan kecil-kecilan sebanyak 4 kali dan karena serangan dilakukan dengan cara gerilya yakni menyerang dengan tiba-tiba di pos-pos penting Belanda kemudiaan menghilang dengan cepat maka banyak korban di pihak tentara Belanda.
Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 itulah yang membuat para diplomat Indonesia “memainkan kartunya” sehingga terjadi perjanjian Roem-Royen yang berujung pada peristiwa Jogja Kembali, pungkas Rina.
Diakhir diskusi yang dipandu oleh M. Thowaf Zuharon dan disiarkan secara zoom meeting itu menyimpulkan pertama, SU 1 Maret 1949 adalah salah satu titik strategis mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. Kedua, keberhasilan SU 1 Maret 1949 berhasil membongkar kebohongan Belanda kepada dunia.
Ketiga, menyetujui penetapan SU 1 Maret 1949 sebagai hari bersejarah nasional dengan nama Hari Penegakan Kedaulatan Negara tanpa mengkultusindividukan tokoh-tokoh tertentu.
Empat, tidak mendegradasi peran strategis Jenderal Soedirman, Sultan HB IX, dan Letkol Soeharto menjadi tokoh sentral dengan dukungan TNI dan rakyat dalam SU 1 Maret 1949. Kelima, lebih mengintensifkan sosialisasi pengetahuan dan pemahaman sejarah mengenai SU 1 Maret 1949 melalui pendidikan dari bangku SD sampai Perguruan tinggi.***
Artikel Terkait
NU Peringati Ultah Ke-96, Tahukah Siapa Ketua Umum PBNU Pertama?
Tanggal 1 Rajab 1443 Hijriah, Selasa atau Rabu? Begini Perbedaan Penanggalan Masehi dan Hijriah
Makna dan Keistimewaan Bulan Rajab, Kenapa Begitu Spesial?
Waspadai Hadis Palsu Tentang Puasa Rajab, Ustad Adi Hidayat Mengingatkan!
Perbedaan Penggunaan Kata Jam dan Pukul, ASN Wajib Tahu!
Gelar Diskusi Daring, GIAD Dorong Komisi II Perhatikan Aspek Kebhinnekaan dalam Memilih Penyelenggara Pemilu
Sejarawan, Lilik Suharmaji: Bentuk Poros Pedagangan Giyanti dan Jatisari
Trending di Twitter, Warganet Ungkap Fakta 'Singa Betina' Cut Nyak Dhien yang Wafat di Sumedang
Habib Ali bin Jindan Sebut Tuanku Imam Bonjol adalah Kakek Habib Rizieq Shihab, Bagaimana Sejarahnya?