KLIKANGGARAN --Semua orang adalah guru, semua rumah adalah sekolah. Filosofi ini dikatakan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Artinya, siapa pun bisa menjadi guru dan di mana pun bisa menjadi tempat belajar.
Ya, kita bisa belajar dari siapa pun terkait suatu hal. Kita juga bisa belajar di mana pun terkait suatu hal. Belajar di rumah, belajar di masjid, belajar di pasar, belajar di mana pun kita berada.
Di rumah kita bisa belajar dari orang tua, kakak, atau adik. Di masjid kita bisa belajar dari ustadz, dari imam, dari jamaah. Di pasar kita bisa belajar dari pedagang, di lapangan kita bisa belajar dari teman.
Intinya, kita tidak boleh berhenti belajar dan merasa sombong dengan apa yang sudah kita miliki sekarang. Kita harus bersyukur. Caranya adalah dengan belajar dan belajar lagi. Dengan begitu, sedikit atau banyak, kemampuan dan wawasan kita bertambah.
Alyaneyda Khoirunnisa, siswa SMAN 2 Semarang, bercerita tentang pengalaman belajarnya saat mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk PTN. Kala itu Alya sempat berada pada posisi di luar kota, sementara dirinya harus mempersiapkan diri untuk belajar.
Dengan semangat filosofi Ki Hajar Dewantara, yakni "semua rumah adalah sekolah", Alya pun tetap belajar meskipun sedang berada di luar kota. Alya tetap mengikuti Try Out secara online yang diselenggarakan bimbingan belajar yang ia ikuti, yakni bimbel Nurul Fikri Semarang.
Siswa yang pernah mendapat medali pada lomba penelitian (research) tingkat nasional dan internasional tersebut menganggap kondisinya saat itu sebagai tantangan dalam belajar. Alya berusaha tetap fokus meskipun mengalami distraksi karena berada di luar kota. Alhamdulillah, dengan resep filosofi Ki Hajar Dewantara, distraksi pun dapat teratasi.
Alya juga beberapa kali mengimplementasikan resep filosofi Ki Hajar Dewantara berikutnya, yakni "siapa pun adalah guru". Ya, Alya dan kawan-kawannya di sekolah dan di bimbel tidak jarang melakukan belajar bersama, seperti bahas soal bareng.
Dalam aktivitas belajar bersama tersebut sesekali Alya menjadi guru bagi teman-temannya. Sesekali juga teman-temannya menjadi guru baginya. Alya mengakui dengan belajar bersama ia merasakan adanya insight baru dari sudut pandang teman-temannya terkait soal yang sedang dibahas.
Karena itu, wawasan Alya dan teman-temannya pun bertambah. Alya dan teman-temannya lebih mengenal soal dan lebih tahu bagaimana mengerjakan atau menjawab soal tersebut.
Hal di atas membuktikan bahwa filosofi Ki Hajar Dewantara, yang secara sadar atau tidak sadar, dipakai oleh Alya ternyata berdampak terhadap pemahamannya. Alya pun menjadi lebih siap dalam mengikuti ujian yang sesungguhnya.
Alhasil, pada hari pengumuman kelulusan SNBT, syukur alhamdulillah Alyaneyda Khoirunnisa dinyatakan diterima sebagai mahasiswa baru tahun 2025 di Prodi Teknik Lingkungan Undip (Universitas Diponegoro).
Alya bersyukur atas pencapaiannya itu. Ia mengucapkan terima kasih kepada orang tua, guru, dan semua pihak yang telah mendukungnya selama ini.
Artikel Terkait
Tia: Raker Bimbel NF Banyak Manfaatnya
Bimbel NF Adakan Konvensi Ke-2 GKM dengan Tema 'Continuous Improvement for Excellent Services'
Bimbel NF Adakan Konvensi Ke-2 GKM: Tingkatkan Performance untuk Mencapai Visi-Misi dan Target-target
Konvensi Pengajar Bimbel Nurul Fikri 2025: Satu Visi Seribu Inovasi
Bimbel Nurul Fikri: Kepercayaan Keluarga Sejak 1985
6 Alasan Mengapa Orang Tua Memilih Bimbel Nurul Fikri sebagai Tempat Bimbel Anaknya