Nyai Sampur dalam Wisata Mistis Gunung Kawi

photo author
- Rabu, 24 November 2021 | 16:31 WIB
Gunung Kawi dan salah satu pengalaman mistis (Dok.klikanggaran.com/NS)
Gunung Kawi dan salah satu pengalaman mistis (Dok.klikanggaran.com/NS)

Pada pagi hari kami bangun, kami akan mencari nasi pecel. Saat kami berjalan keluar, di jalan ada seorang bapak berpakain beskap Jawa menghampiri kami, dan mengatakan kepada kami, “Teman kalian ada di atas, di bawah pohon Dewandaru dari semalam. Dia duduk makan tanah di sana, coba ditengok.”

Kagetlah kami semua. Kaget, tak percaya, ngeri! Campur jadi satu. Bergegas kami menuju pohon Dewandaru. Dan, benar, dia sedang bersila di sana, makan tanah! Matanya terbuka, tapi tatapannya kosong.

Seorang teman saya mencoba dialog dengan petugas di sana. Apa yang harus kami lakukan untuk menolong teman kami. Salah satu petugas yang memakai jarik dan beskap Jawa itu menghampiri teman kami sambil membawa air dalam cangkir yang diisi bunga.

Air itu diminumkan ke teman kami itu. Setelahnya teman kami sadar. Saat kami tanya ngapain dia duduk makan tanah di sana, dia jawab, katanya dia tidak tahu itu tanah. Menurut pengakuan dia, dia merasa diajak makan dengan banyak perempuan cantik.

Karena kejadian itu, kami batalkan niat kami sampai sore di sana. Kami langsung berkemas dan pulang ke Surabaya. Anehnya bagi saya, dia sama sekali tidak sakit perut, dia tetap sehat seperti biasa.

Baca Juga: Ramai Perdebatan Gara-Gara BTS Masuk Nominasi Grammy Award untuk Kedua Kalinya, Lho, Kenapa?

Menurut bapak yang menolong tadi, dia bisa jadi melakukan kesalahan yang membuat penunggu di sana terusik. Saya lupa apa kesalahan dia. Sejak itu kami tidak lagi berani datang ke Gunung Kawi. Masih terasa ngerinya! Masih tercium mistisnya!

Sampai kira-kira lima belas tahun kemudian, saya ingin bernostalgia datang ke Gunung Kawi lagi. Saat saya datang ke sana lagi, wajah Gunung Kawi benar-benar berubah. Gunung Kawi yang dulunya sangat ramai pengunjung, sekarang menjadi sangat sepi.

Pedagang ronde langganan saya juga sudah tidak ada, pun penjual pecel pagi hari yang biasanya berjajar banyak sekali. Itu pun tinggal dua penjual dan sangat sepi. Gunung Kawi mulai ditinggalkan pengikutnya.

Saat itu saya makan di satu rumah makan di sana. Saya dihampiri seorang laki-laki. Dia tanya kepada saya, apa tujuan datang ke Gunung Kawi. Saya jawab, saya bukan peziarah, saya hanya ingin bernostalgia dan kuliner saja di sini.

Rupanya, lelaki itu adalah pemilik rumah makan. Dia menawarkan kepada saya cara untuk mendapatkan kekayaan di sana.

Baca Juga: Heboh Perseteruan Arteria Dahlan dengan Wanita Pemaki Ibunya, Begini Kata Refly Harun

“Nyah, Nyonya tinggal siapkan uang pemula tiga juta saja, nanti saya bantu bertemu juru kuncinya di rumah beliau. Semua sesajen serta syaratnya saya yang siapkan, nanti niat Nyonya untuk mendapat kekayaan akan terkabul,” katanya.

Saya hanya tersenyum dan meninggalkan lelaki itu. “Saya hanya pecinta kuliner, Pak, bukan pencari pesugihan,” jawab saya sambil pamit pergi.

Penulis: Nyai Sampur

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X