(KLIKANGGARAN) — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegasMenkeu Purbaya tegaskan efisiensi bukan pemotongan anggaran seperti era Sri Mulyani, tapi pengaturan arus kas agar dana tak menganggur.kan arah baru kebijakan efisiensi anggaran yang kini diterapkan di bawah kepemimpinannya.
Berbeda dengan Sri Mulyani Indrawati, pendahulunya di kursi Menkeu, Purbaya menolak efisiensi yang dimaknai sebagai pemangkasan atau pemblokiran belanja kementerian dan lembaga (K/L).
Menurutnya, efisiensi sejati adalah memastikan uang negara digunakan tepat sasaran dan tidak mengendap tanpa manfaat.
“Coba define menurut anda efisiensi itu apa? (Mengurangi anggaran K/L) bukan efisiensi. Itu potong anggaran,” ujar Purbaya kepada wartawan di kantor Kemenkeu RI, Jakarta, Selasa 7 Oktober 2025.
Efisiensi ala Purbaya: Atur Arus Kas, Bukan Pangkas
Purbaya menjelaskan efisiensi tidak berarti mengubah struktur anggaran, melainkan menata arus kas agar lebih produktif.
Dana yang tidak segera digunakan oleh satu kementerian bisa dialihkan ke program lain yang membutuhkan.
“Saya pindahkan uang mengubah anggaran nggak? Nggak. Uangnya masih punya perintah. Tapi tempatnya beda,” jelas Purbaya.
Ia menambahkan bahwa dana yang menganggur justru menambah beban bunga utang negara.
“Setiap Rp100 triliun nganggur, saya bayar Rp6 triliun. Kalau nganggur Rp400 triliun, saya bayar Rp24 triliun. Saya bayar bunga untuk uang yang nggak dipakai,” terangnya.
Dengan sistem baru ini, Menkeu Purbaya ingin memastikan setiap rupiah di APBN berputar efektif dan tidak menimbulkan pemborosan.